16. Kumpul Malam✏️

132 54 3
                                    

Malam ini adalah agenda yang sudah di rencanakan jauh hari-hari. Kalau mau berkumpul dengan membuat acara seperti ini, itu terlalu sulit buat kami lakui. Pasti ada aja yang tiba-tiba tidak jelas, tiba-tiba tidak bisa datang atau tiba-tiba tidak bersemangat.

Semua rencana hanya menjadi wacana. Seperti kegiatan malam ini, sudah di rencana sebelum tahun baru. Namun sayang malam tahun baru waktu itu malah di guyur hujan lebat.
Ini sudah sebulan setelah tahun baru datang, dan agenda tahun baru itu baru terrelasi hari ini.

Di belakang rumah Nathan, kami sudah berkumpul bersama. Biasanya cuma berempat. Namun kali ini kami kedatangan dua orang baru.

Orang baru pertama adalah Juna, Juna itu kekasihnya Zura dari Sekolah Menengah Atas, langgeng bener dari awal sekolah sampai sekarang. Biasanya Juna engga mau ikut bareng kami, katanya sih malu. Soalnya dulu tidak sekelas dan tidak dekat juga. Namun karna kini satu universitas, dan sering gibah di kantin malah sekarang jadi patner gibah best.

Dan orang baru yang kedua, yaitu Aditya Alana, adek sepupu Nathan yang kini tinggal bersama keluarga Nathan. Adit nama panggilannya, lelaki yang berusia dua tahun lebih muda dari Nathan. Dia mahasiswa baru di universitas yang sama dengan kami.

Iya kami. Aku, Rafa, Zura, dan Nathan, kini bertemu lagi di bangku universitas, dengan jurusan yang berbeda, cuma Rafa yang satu jurusan dengan kuㅡHobi bener ngikutin aku kemana aja.

Bara api yang sudah padam itu, membuat aku bergegas menghampiri Nathan.

Aku menyodorkan daging yang sudah di tusuk-tusuk itu ke arahnya, "Aku bantuin yang mana? Nathan menggeleng, ia fokus pada daging yang ia baliki, "Duduk aja disana, biar aku aja yang bakar." Katanya.

"Aku bantuin deh biar cepet siap." Kata ku lagi.

"Tapi aku mau lama-lama...besok libur juga."

"Maksud aku biar cepet selesai, biar cepat di makan."

Nathan melirik ku, ia mendorong pelan punggung ku. "Bantuin Zura aja sana motongin semangka, disini panas..bau asap."

Aku mendengus, "Zura sama Juna tu, masa aku jadi nyamuk." Aku mengkerucutkan bibir ku bawah.

"Sana bantu Rafa sama Adit nyiapin piring dan alat makan lainnya."

"Aneh kamu ini." Kata ku dan berlenggang pergi meninggalkan Nathan yang sibuk pada panggangannya.

***

Langit malam ini tampak bagus, bulan purnama bersinar begitu terang. Bintang yang menghampar di langit luas malam ini cukup banyak.

Nada merdu yang berasal dari petikan senar gitar coklat itu mengalun merdu di tengah kami.

Rafa yang memainkan alat musik itu, ia jago banget main gitar. Sering ngeband juga di kafe punyanya abang Zura.

Tolong tanyakan pada Tuhanmu

Bolehkah aku yang bukan umat-Nya
mencintai hamba-Nya

Lirik yang di nyanyikan Rafa barusan membuat kami terperangah, kegiatan makan kami terhenti sejenak.

"BUSET, dalam bener ni lagunya." Juna tertawa di tengah-tengah alunan lagu itu.

Hujan Dan Pelangi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang