33. Untuk Senja Hari Ini✏️

105 44 0
                                    

Katanya fase mencintai itu harus tau batasnya, katanya mencintai orang itu harus tulus adanya dan katanya mencintai orang itu juga harus ikhlas adanya.

Semuanya sudah aku pemenuhi. Aku tau batasannya, tulus dan ikhlas mencintainya.

Sampai-sampai aku takut semuanya menghilang begitu saja, lenyap tanpa tersisa.

Pergi jauh atau mungkin tak akan pernah kembali.

Sore ini matahari masih sama teriknya seperti hari-hari kemarin, masih sama cantiknya.

Katanya, tadi dia akan membawa ku pergi jauh dari hiruk pikuk dunia untuk menikmati sebuah kedamaian.

Pantai, dimana lagi kalau bukan tempat ini. Tempat favorite kami berdua. Kali ini bukan pantai tempat biasa yang kami kunjungi.

Pantai kali ini jauh dari keramaian. Memang tempat yang pas buat menenangkan diri

Sembari menutup mulut ku dengan telapak tangan ku, "Woahhh, Bagus banget," pekik ku, terporongo melihat betapa indahnya pantai sore ini.

Berlari ketepian pantai dan merentangkan lebar tangan ku sembari menghirup udara yang terasa segar.

"Kamu suka?"

"Suka baanggettttt." Teriak ku pada lelaki itu.

"Kok ga dari dulu-dulu sih bawa kesini, tempatnya bagus banget."

Ia terkekeh pelan dan merapikan anak-anak rambut ku yang di bawa terbang oleh angin.

"Baru nemu tempatnya."

"Makasih ya, aku suka banget." Aku memeluk erat tubuh bongsor lelaki itu dan memandangi wajahnya dengan sebuah senyuman.

"Sama-sama." Ucapnya mencium sekilas keningku.

Di pantai sore ini kami akan menghabiskan waktu berdua saja, menghindar dari hiruk-pikuknya dunia. Menikmati sebuah kedamaian.

"Bahagia terus ya Kezia, aku suka liat senyum kamu." Ucapnya memandangi wajah ku.

"Selalu...kan ada kamu." Kata ku, dan menggenggam erat jemarinya.

Berjalan berdua di atas lembutnya pasir pantai sore ini, tanpa alas kaki. Membuat susana terasa lebih romantis. Apa lagi dengan di temanin oleh suara deru ombak yang saling berkejar-kejaran.

Kami berhenti memandang lurus pada biru air laut sore ini. Nathan, lelaki itu memandangi ku dengan sebuah tatapan yang tulus dan senyum yang tak luntur di wajah tampannya.

"Diri kamu sendiri, Jia. Yang bisa buat kamu bahagia, bukan aku atau siapa pun." Ia merapikan anak rambut ku, menyelipkannya pada daun telinga ku.

"Kalau aku bilang cuma kamu kebahagian aku gimana?"

Ia tersenyum, "Ga ada yang bisa membahagiakan diri kita sendiri kecuali kita sendiri, Kezia. Aku cuma hadir untuk bantu kamu mengukir kebahagian itu, bukan menjadi kebahagian kamu." Ia menatap ku lama masih dengan sebuah senyuman, "Manusia itu bisa bahagia ya karna diri sendiri, bukan orang lain. Kebahagian kamu tertutup oleh aku, kamu terlalu memeluk aku sehingga kamu lupa memeluk diri kamu sendiri."

"Aku bahkan lebih takut kehilangan kamu dari pada kehilangan diri aku sendiri." kata ku

"Itu ga baik, sayang. Jangan terlalu takut untuk kehilangan. Jalanin aja semuanya seperti yang di kasih Tuhan."

Aku mengangguk, memahami kalimatnya.

"Jadi kebahagian aku sebenarnya ada di mana?"

"Di diri kamu sendiri."

"Terus kamu?"

"Aku cuma dititip kan Tuhan untuk bantu kamu menemukan kebahagian itu."

"Tapi kalau aku udah nemu kebahagian ku sama diri sendiri, kamu akan selalu di samping aku kan?" Tanya ku dengan sebuah mata yang berbinar.

Hujan Dan Pelangi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang