22. Surai Nan Panjang✏️

114 50 7
                                    

Sang surya menyinari bumantara dengan sangat elok.

Hawa dingin khas pagi hari menerpa kulit putih milik sang tuan. Membuat bulu-bulu pada lengan kekarnya tampak meremang.

Subuh tadi hujan sempat turun membasahi bentala dengan curah yang lumayan deras.

Kendaraanya di lajukan sangat pelan, Nathan merasakan dingin yang mampu menusuk tulangnya.

Jaket yang ia kenakan tidak mampu membuat tubuhnya menghangat.

Sesampainya ia pada tujuannya, senyum hangat perempuannya merekah begitu lebar. Ia balas tak kalah hangat dari sang puan.

Kezia berdiri di samping motor Nathan dengan bersedekap dada. Gadis itu mengeleng-gelengkan kepalanya, kemudian berkata. "Udah tau dingin kenapa pakai jaket denim gitu? Kayak Dilan aja. Aku ambil jaket ku dulu yang tebalan." Kezia melesat cepat dari hadapannya. Tak sempat ia raih tangan gadisnya untuk menghentikan langkah cepat itu.

Senyum Nathan merekah lebar saat punggung Kezia mulai menjauh dari pandangannya. Gadis itu berlari kecil membuat Nathan gemes.

"Apa bisa aku liat senyum itu selamanya? Apa bisa aku terus menyaksikan hal lucu yang selalu ia perbuat?" Nathan bergumam dalam hatinya. Tanpa disadari mata indahnya berkaca-kaca, ia mengadah pada langit yang kini tampak indah. "Semesta tolong jangan jahat."

Tepukan pelan dari Kezia membuat Nathan menoleh. "Ngeliatin apa?" Tanyanya dan turut Kezia tatap biru langit.

"Ufo lewat." Jawab Nathan asal.

Gadis itu menyikut bahu sang tuan, "Ngelantur aja." Nathan hanya terkekeh mendapatkan respon seperti itu. Wajah Kezia tampak sedikit kesel karna ulahnya yang menjahili sang gadis.

"Lampisin aja sama denim kamu biar dinginnya ga nembus. Biar tambah hangat." Katanya sembari menyodorkan jaket tebal itu ke arah sang kekasih. Nathan menerimanya.

Selesai dengan urusan jaket, dan Kezia sudah duduk manis di jok belakang. Nathan memutar gas motornya, membelah jalanan yang kini udaranya sangat dingin.

"Apapun, Ya, apapun untuk buat kamu bahagia akan aku usahakan." Katanya dalam hati. Tatapan mereka terserobok di spion depan, membuat Kezia mengulas senyum teramat indah di pagi yang dingin ini.

Senyum yang mampu membuat suasana seketik menghangat.

"I love you, Anathan." Bisiknya di daun telinga sang tuan.






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hujan Dan Pelangi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang