Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝Katanya, aku yang membantunya menemukan bahagia. Ya, bukan aku tapi diri kamu sendiri. Tuhan tolong bahagiakan gadis itu, aku sudah tidak bisa lagi.❞
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝Aku menemukan bahagia lewat lelaki pemilik senyum seindah langit, lewat dia pemilik tawa merdu yang selalu aku rindukan❞
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝Jia, apapun nanti masalahnya aku akan setia berdiri di samping mu, walaupun aku terluka❞
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝Ada aku juga yang selalu setia di samping, depan, belakang. Mari kita hadapi bersama-sama.❞
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝Dunia itu memang jahat, Ya, tapi sejahat-jahatnya dunia, ia tetap menemukan mu pada bahagia yang selalu kamu harapkan❞
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝Aku senang menjadi bagian terpenting dari gadis seperti mu, Ya. Walaupun awalnya tidak baik. ❞
●●●
Pagi yang sangat dingin karna hujan baru saja berhenti membasahi bumi. Hujan yang turun sangat deras, sehingga membuat halaman rumah sedikit becek.
Aku duduk melamun di ambang pintu jendela kamar ku, menatap ke luar jendela, menikmati aroma pagi yang sangat dingin.
Dreet..Drett...
Suara getaran ponsel itu membuat ku tersadar dari acara lamunan ku, aku berdiri, meraih ponsel yang kini sedang bergetar di atas nakas, di samping ranjang ku.
"Halo... halo... Jia kamu udah bangun kan?Ga lupa kan hari ni mau kemana?"
Aku menjauhkan ponsel ku dari telinga ku, sungguh suara nyaring di pagi ini membuat telinga ku sedikit sakit.
"Woilah, Ra!! Santai aja dong. Iya gue ingat." Balas ku tak kalah kuatnya dengan suara gadis di sebrang telepon itu.
"Woilah iya...iya gue tau, kan cuma ngingatin aja mana tau lo lupa kan. Gue otw rumah lo ya."
"Aaㅡ...
Pip
Telepon itu sudah di putuskan sepihak oleh nya.
"Ihh dasar ya tu anak main matiin aja belum siap ngomong padahal." Gumam ku kesal, dan kembali menaruh ponsel itu di atas nakas.
***
Jejeran buku yang tersusun rapi itu menjadi penampak awal saat kaki ku menginjak toko buku yang pengunjungnya sangat ramai.
Hari ini minggu, seharusnya aku bersantai ria sembari menikmati drama korea yang tadi malam baru update. Namun sialnya, hari minggu ku harus berakhir di toko buku ini.
"Lo mau nyari buku apaan sih, Ra?" tanya ku.
Mata Zura masih sibuk melihat-lihat jejeran buku di rak itu. "Mau nyari buku cetak Ekonomi. Kemarin gue ngilangin buku perpustakaan jadi harus ganti deh," jawabnya, membuat aku memutar mata malas. "Lo sih kebiasaan, suka banget ngilangan buku sekolah."
Mata dan tangan Zura sibuk mencari buku cetak ekonomi. "Iihh.... ga usah ngomel bantu cariin gih." Titahnya.
"Hmm oke deh." Aku pun turut melihat sekitar rak, mencari buku yang di cari Zura.
"Nah ini nemu juga bukunya," pekik Zura seneng. "Dah yuk Jia kekasir buat bayar." Zura langsung saja menarik lengan ku.
Ia menarik lengan ku seperti menyeret anak kecil yang menangis karna tidak di belikan eskrim oleh orang tua nya.
Bahu ku menyenggol bahu lelaki yang kini sedang sibuk dengan ponsel di tangannya, "Maaf," ucap ku yang hanya dibalas anggukan olehnya. Lelaki itu berlenggang begitu saja, raut wajahnya tampak kesel.
"Lo sih, Ra, narik-narik gue, kan nabrak orang." Kesel ku pada Zura yang kini malah cengengesan
"Cowok bisu, kah?"
"Mana gue tau, lo pikir gue kenal dia." Sungut ku, dan berjalan lebih dulu, meninggalkan Zura.
Sudah menabrak anak orang, malah di tuduh bisu. Sudah membuat ku malu, malah cengengesan. Memang dasar teman akhlak eobso.