12- Angkasa

910 143 162
                                    

HAI HAI GES❤️

APA KABAR?

SEKOLAHNYA GIMANA? 

CAPEK YAA? SAMA KOK:)

SEMANGAT YAA~~

Tanpa basa-basi Embun berlari dan menendang perut Angkasa dengan keras.

Angkasa tidak menyangka jika Embun sekuat ini, setahunya Embun yang ia kenal tidak sekuat ini.

Angkasa terdorong sampai punggungnya terbentur di dinding.

"Lo kenapa sih? Bukannya lo sama Mitha musuhan?"

"Jadi kalau gue sama dia musuhan lo bisa seenaknya sama dia? Hah!"

Embun mengambil tas Mitha dan memasukkan kembali barang-barang Mitha ke dalam tas nya yang tadinya berceceran akibat ulah Angkasa.

Embun yang sedang sibuk memasukkan barang-barang Mitha tidak menyadari Angkasa yang sudah kembali berdiri.

Angkasa melayangkan pukulannya tepat di wajah Embun.

Embun langsung terjatuh kepalanya sampai terbentur dengan lantai.

Angkasa kembali menarik kerah baju Embun dengan sangat kuat. Hal itu membuat leher Embun terasa tercekik.

"Bajingan!". Satu pukulan berhasil mendarat di pipi Angkasa. Leher Embun akhirnya bisa bebas.

Alvin kembali melayangkan beberapa pukulan pada laki-laki itu.

Embun yang masih merasa pusing karena kepalanya terbentur dengan lantai, bersusah payah berdiri dan menahan tangan Alvin saat akan melayangkan pukulan ke lima nya.

"Udah Vin, gue gapapa," Embun perlahan menyentuh wajah Alvin. "Cukup Vin,"

Perlahan tangan Alvin yang mencengram baju Angkasa perlahan melemah. Dan akhirnya tangannya terlepas dari Angkasa.

"Embun?!"

Iqbal memekik kaget melihat kondisi ruang penyiaran yang sangat kacau dengan Mitha yang sudah tidak sadarkan diri.

"lyo benar-benar gak berubah, Sa. Masih tetap bajingan!" cibir Iqbal.

"Bal, Mitha," lirih Embun.

Iqbal mengerti maksud Embun, ia lalu mengangkat Mitha menuju UKS.

Embun kembali memungut barang-barang Mitha lalu membawa tas nya dan mengajak Alvin keluar dari sana.

"Gue tunggu lo di Lapangan!"

Angkasa menendang kursi untuk melampiaskan amarahnya.

Sedangkan Embun berjalan bersama-sama dengan Alvin menyusul Iqbal dan Mitha ke UKS.

"lo gapapa?". Tanya Alvin.

Embun mengangguk, menandakan dia baik-baik saja. "Baik apanya, lo berdarah tau!"

Tangan Embun bergerak memegang pelipisnya yang terbentur tadi, dan benar saja ada darah segar yang keluar dari pelipis Embun.

"Kok gue gak ngerasa sakit ya?"

Alvin mendecak kesal, lalu menggendong Embun menuju UKS.

"Apasih alay banget. Gak usah kali, turunin gue!"

"Lo diam aja bisa gak?"

Embun langsung diam saat melihat mata Alvin yang begitu tajam. Embun belum pernah melihat Alvin semarah ini.

Embun bisa mendengar suara jantung Alvin yang berpacu cepat. Pasti saat ini dia sangat marah.

Oleh karena itu Embun memilih diam. Sesekali Embun mencuri pandang ke Alvin.

UR: ONE DAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang