28- Menghilang

801 105 236
                                    

HAI HAI HAI GES~~🌼

UDAH SIAP BELOM BACA CHAPTER INI?

TARIK NAFAS DALAM-DALM DULU YAA:)

SELAMAT MEMBACA GES🌼❤️

Alya masih sibuk menenangkan dirinya yang masih takut untuk masuk ke dalam rumah Embun. Sudah hampir sejam Alya tidak keluar dari mobil Iqbal.

Iqbal yang melihat itu, meraih tangan Alya dan menggenggam tangan nya dengan erat.

Berharap agar sang pacar bisa sedikit berani menghadapi apa pun itu.

Alya menoleh ke Iqbal dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Tentu saja, Iqbal kaget melihat Alya yang sebentar lagi akan menangis.

"Gue takut, Bal," lirih Alya.

Tangan Iqbal bergerak mengelus pucuk kepala Alya.

"Gapapa, nangis disini aja. Jangan nangis di depannya Embun. Entar gue dilindes ama dia,"

Alya terkekeh disela tangisannya akibat candaan sang pacar, Iqbal selalu bisa mencairkan suasana.

Tidak lama, sebuah mobil BMW hitam datang dan terparkir tepat disamping mobil Iqbal.

"Dinda sudah datang tuh," Iqbal menyeka sisa air mata Alya.

"Gue bisa kan, gak nangis di depan Embun?" tanya Alya.

Iqbal beralih mengacak rambut Alya dengan pelan.

"Pasti bisa! Lo kan, pacar Iqbal yang punya banyak bakat!"

Alya tersenyum lalu menarik napas dalam-dalam. Dan membuka pintu mobil Iqbal, tidak lupa dia membuka payung yang dia bawa dari rumah.

Alya turun dari mobil bersamaan dengan Dinda yang juga turun dari mobil Rendy dengan payung hitam nya.

"Udah lama, Al?" tanya Dinda.

Alya menggeleng. "Gue barusan datang."

"Yaudah, masuk yuk!" ajak Dinda.

Mereka masuk dengan jantung berdegup dengan cepat. Baik Alya ataupun Dinda mereka sama-sama belum siap menerima kepindahan Embun.

Sepi. Itulah yang mereka rasakan saat memasuki rumah Embun. alya menengok kanan-kiri. Bahkan diruang tengah, tempat dimana biasa para uncle nya bermain PS pun sepi.

"Emang sering sepi seperti ini ya?" tanya Dinda.

"Nggak pernah sepi kayak gini sih. Tunggu gue cari Bi Ijah dulu."

Baru juga hendak melangkah ke dapur untuk mencari Bi Ijah. Yang dicari sudah menampakkan dirinya dengan tangan penuh dengan barang-barang yang akan dibawa ke dalam gudang.

"Bi Ijah!" panggil Alya.

Saat Bi Ijah berbalik, Alya hampir dibuat jantungan karena mata Bi Ijah yang sembab. Bohong jika dia tidak habis menangis.

"Ya, non Alya? Ada apa?" Bi Ijah mencoba mengatur raut wajahnya.

"Bi, kok rumah sepi ya? Yang lain kemana?"

"Loh, saya kira non Alya sudah tau,"

"Tau apa Bi?"

Baik Bi Ijah maupun Alya sama-sama dibuat bingung.

Apalagi Dinda, yang sudah sangat bingung sampai ingin menjambak rambut nya sendiri.

"Bapak sama yang lain lagi antar non Embun ke bandara, kan hari ini non Embun berangkat ke Prancis."

UR: ONE DAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang