Suara nyanyian, suara musik, suara tawa yang saling bersahutan—semuanya seolah tak henti-hentinya saling memantul. Membuat malam terakhir dari kegiatan camping ini menjadi semakin meriah.
Namun tidak untuk Gulf yang hanya duduk termenung sambil memeluk kakinya—menopang dagunya dilutut, hanya terdiam menatap tak fokus ke arah di mana para anak-anak dengan antusiasnya menampilkan semua pentas kecil-kecilan yang sebelumnya sudah mereka siapkan.
Semua orang menikmati acara ini, semua orang terhibur dengan camping ini. Tapi lagi-lagi Gulf tidak menikmatinya apa lagi melirik minat kepertunjukan yang ditampilkan.
Kepalanya terasa terkepung di suatu pulau terpencil—yang dirinya sendiri tak tahu harus keluar dari mana. Otaknya terus merespon semua rasa emosi yang sebelumnya paling Gulf benci, yaitu rasa kesepian dan rasa takut.
Sesudah kejadian naas pada malam itu, malam yang merenggut nyawa dua pria malang itu—Gulf tidak langsung kembali ke tenda. Gulf hanya menghabiskan waktunya untuk menangis termenung di bawah pohon besar sampai fajar menjelang. Bayangan kejadian itu sukses menghancurkan dunia Gulf, bisa di katakan Gulf adalah saksi kematian dari dua pria itu. Saksi mata yang di mana Mew yang tak terpikirkan oleh Gulf—bahkan semengerikan itu pada akhirnya.
Semua orang panik akan hilangnya Gulf dan kedua pria itu, sampai akhirnya seluruh mahasiswa dan para pendamping yang ikut langsung mencari keberadaan Gulf. Saat itu—Gulf memang tak berniat untuk kembali ke tenda, ia hanya ingin menumpahkan semua rasa ketakutan yang langsung menumbuhkan rasa trauma yang akhirnya hanya bisa ia pendam sendiri.
Mengenai dua pria yang terbunuh dengan cara paling mengenaskan tersebut—esoknya langsung saja garis kepolisian yang melingkari. Gulf tak tahu jelas bagaimana kelanjutan dari dua mayat pria itu, karena setelah kejadian itu—Gulf seolah membisu, aeperti mayat hidup yang tak sekali pun merespon apapun yang orang-orang tanyakan, termasuk pun itu Gawin maupun Mild yang bertanya. Dan lebih ajaibnya lagi, untuk kesekian kalinya—kasus pembunuhan ini tak menemukan titik kejelasan, hanya ada beberapa bercak darah yang tercampur dengan tanah yang sudah masuk bahan investigasi. Oh dan jangan lupakan pula—Gulf yang menjadi pihak yang di investigasi oleh pihak kepolisian. Lagi-lagi ini adalah kasus pembunuhan berantai yang belum menemui titik ujung. Apa mungkin sampai kapan pun kasus ini tidak akan menemui keadilan untuk para korban yang sudah terdahulu menjemput ajalnya.
Yah seperti janji Gulf kepada Mew pula, bahwasannya ia tidak akan sedikit pun membocorkan semua yang ia lihat malam itu. Walaupun dalam hati kecil Gulf, ia ingin sekali mengatakan bahwa pelaku keji itu adalah Mew Suppasit, orang yang paling keji yang pernah ia kenal di muka bumi ini.
"Gulf. Apa kau baik-baik saja?" Suara Mild terdengar dari banyaknya suara yang bersahutan.
Hening.
Tak ada satu kata patah pun yang meluncur dari bibir Gulf. Mata yang mulai menghitam dan pandangan yang terus kosong membuat Mild selaku yang paling mengerti apa yang Gulf rasakan kini hanya bisa menghela napas panjang, sambil melirik Gawin di sampingnya yang sama—hanya merespon dengan menggeleng dan tersenyum pasrah.
"Kami merasa kau butuh istirahat, Gulf." Usul Gawin. Yang lagi dan lagi hanya keheningan yang menyahut.
"Kurasa apa yang Gawin katakan benar Gulf, kau bisa kembali ke tenda. Ini hanya acara penutupan, kau tak perlu untuk ikut sampai acara berakhir."
Mild dan Gawin tersenyum merekah kala kepala Gulf menoleh, namun kepalanya tak lepas untuk ia topang di lututnya. Namun semua itu hanya berlangsung beberapa detik, karena selanjutnya fokusnya lagi-lagi di alihkan ke depan, yang jelas bukan tatapan fokus yang Gulf tengah pancarkan namun tatapan kosong yang sungguh membuat kedua temannya bingung harus melakukan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy psycopath
Fanfiction(JANJI FOLLOW AKUN INI SETELAH BACA APAPUN STORY DARI AKUN INI. TAK KENAL MAKA TAK SAYANG) Cover by: @sf.nann Mungkin ini akan menjadi cerita pembunuhan berantai untuk seorang Mew suppasit, seorang anak dari keluarga berada. Broken home dan Drama me...