psycopath 26 (🔞)

1K 154 18
                                    

Pov Gulf.

Bibirku meloloskan satu desahan merintih, kala rongga mulut basahnya mengulum putingku kuat. Menciptakan gelenyar nikmat yang membuat kepalaku langsung pening.

Kakiku terlipat kuat, menahan hasrat yang sedikit demi sedikit di hidupkan oleh seseorang yang kini mengukungku dengan penuh kekuasaan.

Entah bagaimana caranya ia menemukan kenikmatan itu, aku terus mendesah dan kakiku terasa lemas. Sulit untuk menggerakannya atau pun coba melawannya.

Untuk kedua kalinya kami melakukan ini dengan kesadaran yang benar-benar penuh. Ia membuatku terus merintih, dan aku yang terus membuka akses untuk dia lebih menguasai tubuhku.

Dan entah dari mana pula datangnya keberanian itu—kini aku memeluk tubuh Mew dengan kedua kakiku. Yang sekarang tanpa aku sadari, bathrobe yang tadi mebalut tubuhku—kini sudah terlempar jauh dari tempatnya.

"Akhhh Mew..." Desahku, yang sedikit pula menjambak rambutnya yang sudah acak.

Ia menghentikan aksinya, mendongakkan kepalanya. Menatapku dengan pendaran mata sayu, membuatku sedikit merasa iba melihat tatapan itu. Sebelumnya aku belum pernah melihat tatapan itu—tatapan yang terlihat sayu dan terlihat memohon, menciptakan rasa resah di dalam dadaku.

"Kenapa? Jika kau keberatan untuk melanjutkannya, aku akan menghentikannya." Lugasnya, namun aku malah melihatnya seperti tak rela.

Aku menelan ludahku, heningnya malam seperti membuat suara kami benar-benar memantul. Membuatku benar-benar tak kuat menatap matanya dengan terang-terangan.

"Hmm tidak. Maksudku kau bisa melanjutkannya, aku hanya tak bisa mengendalikan gejolak itu. Maka dari itu kau bisa melanjutkannya tanpa menghiraukan suaraku." Jujurku, langsung memejamkan mata. Aku merasa maluku yang sering ku junjung tinggi-tinggi sudah menghilang entah kemana.

Kekehan seksi nan renyahnya menyapa indera dengarku, mendorongku untuk membuka mata. Dan ketika mataku menangkap netranya, aku langsung tergugu. Matanya yang tadi terlihat sayu, kini terlihat bersinar. Di tambah lagi dengan bibirnya yang mengembang—sangat tidak baik untuk jantungku yang kini berdebar tak karuan.

"Itu artinya kau mengijinkanku?" Katanya, terlihat penuh harap. Persis seperti anak kecil yang berhasil mendapatkan ijin dari ibunya untuk membeli satu buah permen lolipop.

Mataku bergerak resah, benar-benar tak ingin menatap matanya—matanya sungguh penuh dengan racun. Aku takut terkena racunnya.

"Hmm," Gumamku, yang langsung membuatnya kembali memanggut bibirku buru-buru. Kali ini Mew seperti hilang daratan.

Aku terkesiap, tangan dinginku memeluk lehernya erat. Ia terus mendorongkan lidahnya semakin dalam, mencoba merayuku dengan setiap panggutan yang ia ciptakan, hisapan bahkan jeratan lidahnya terus membuatku merintih. Sekaligus membuatku hilang akal di bawah kuasanya.

Udara malam yang masuk dari jendela balkon yang belum tertutup pun—langsung menerpa tubuhku yang polos tanpa sehelai benang yang coba menutupi.

Keras batang Mew yang masih tertutup celana katun pun sangat terasa menyapa batangku yang sudah sangat nyeri, terasa cairan bening keluar dari sana. Pertanda aku benar-benar terundang dengan hasrat itu.

Aku terengah di dalam hisapannya yang sungguh luar biasa lihainya, seperti mengajakku untuk lebih jauh terjun di lautan kenikmatan. Lidahku membalas setiap panggutannya dengan gerakan malu-malu, aku hanya berpikir—aku hanya perlu mengikuti gerakannya saja, yang alhasil lagi-lagi aku terbuai dengan hisapannya yang begitu merayu.

Lumatan kami terlepas, namun tidak dengan lidah Mew yang kemudian turun ke leherku. Menjilatnya dengan sensual. Aku jelas merinding. Lagi-lagi kembali merintih, menunggu setiap perlakuan yang nantinya akan Mew berikan kepada tubuhku.

Crazy psycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang