crazy psycopath 27.

652 123 15
                                    

Pov Gulf.

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali, mencoba membiasakan cahaya yang menerobos masuk lewat jendela yang gordennya sudah tersingkap. Aku menggeliat, meregangkan otot-ototku yang rasanya terlalu kaku.

Shit! Bokongku. Ya Tuhan rasanya tubuhku remuk sekali, seperti habis di lindas oleh truk besar. Netraku menyipit, melirik ruangan dengan malas-malasan. Astaga...rasanya jika hari ini bukan hari di mana aku harus menemui dosen pengujiku—mungkin saja aku lebih memilih untuk tetap berada di dalam kamar.

Berleha-leha dengan memilih berendam di dalam bathub dengan air hangat di hotel ini. Yang pastinya pun sangat menggelitik sendi-sendiku yang meronta-ronta ingin dimanjakan. Sayang juga bukan jika fasilitas kamar inap semewah ini tidak di manfaatkan dengan baik. Tapi sialnya kali ini aku harus melambaikan tangan dengan kekecewaan penuh terhadap nikmat dunia itu. Ah menyebalkan!

Tanganku meraba-raba ranjang, mencari-cari tubuh kokoh itu yang sepanjang malam terus memeluk tubuhku erat dari belakang. Mataku menyipit karena tanganku tak kunjung meraih pria itu, aku berbalik dan hanya kekosonganlah yang aku temukan.

Dimana pria itu? Kenapa kini yang ku temukan hanyalah satu tas totebag besar dengan secarik kertas. Apa pria itu berniat kabur setelah apa yang ia lakukan kepadaku? Ya Tuhan bukankah itu jelas dia kabur. Sama seperti waktu di toilet bandara. Kenapa semalam aku sempat tersanjung dengan perlakuannya, dia itu pria psikopat, tidak memiliki perasaan. Kenapa aku malah berpikir dia melakukan itu dengan tulus.

Benar-benar pria bajingan, umpatku dalam hati. Seraya meraih kertas itu lalu membacanya dengan pipiku yang langsung panas. Ais...dari mana datangnya pria lucu ini, kenapa...Ya Tuhan aku ingin terbang.

"Maafkan aku jika pagi ini kau tak menemukanku di atas ranjang. Sebenarnya aku tak ingin meninggalkanmu, hanya saja aku baru ingat jika hari ini ada jadwal penelitian skripsiku. Ku harap kau tak marah, karena di sana aku sudah meninggalkan satu set baju untuk kau pakai ke kampus. Aku juga mengingat jika kau akan menemui dosen penguji bukan? Aku berharap kau melakukan yang terbaik hari ini. Dan makanlah breakfast yang ada di nakas. Aku menyayangimu. Mew."

Aku langsung menutupi wajahku dengan kertas tersebut. Merasa malu bukan kepalang. Ya Tuhan untung saja pria itu tidak ada di sini, jika ada, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini. Sepertinya melompat dari atas balkon tidak ada buruknya juga, karena yang ku rasakan sekarang seperti...arghh! Aku seperti sedang jatuh cinta. Tapi aku tak ingin mengakui itu. Pria itu seringkali menunjukan sikap yang tak mudah di tebak. Sering membuatku kewalahan dengan segala kejutannya.

Aku bangkit dari tidurku, mengintip totebage besar itu dengan perasaan malu-malu. Ya Tuhan! Kenapa aku tidak bisa berhenti tersenyum.

"Apa dia berusaha keras untuk pagi ini?" Gumamku, melirik satu paket breakfast dengan hati yang riang.

Tubuhku yang masih polos pun bukan lagi merasa tercampakan, tapi kali ini terasa luar biasa. Mew melakukan ini, itu artinya dia berusaha keras bukan. Serius! Aku tak mampu berkata-kata lagi, aku terlalu tersanjung sampai aku lupa—ini bisa saja awal dari kesedihanku. Namun aku tak terlalu memikirkan itu dulu untuk saat ini. Karena jika pun Mew hanya bermain-main dengan ini—tak perlu bukan untuk sampai mengatakan di dalam surat yang ia tulis jika dia menyayangiku.

Yah maksudku—bukankah semua itu harus membutuhkan effort? Dan aku berpikir Mew bukanlah orang yang mau melakukan hal-hal yang nggak guna seperti itu. Yah...yah, aku bukannya merasa percaya diri menyimpulkan seperti itu, hanya saja aku juga pria—sama jika aku memiliki ketertarikan dengan lawan jenisku, pasti aku akan melakukan hal yang lebih keras lagi. Eh tunggu...lawan jenis yah?? Apa itu artinya sekarang aku...tidak, tidak. Aku nggak ingin terlalu banyak berpikir—Ya Tuhan, kenapa aku menjadi denial seperti ini. Bodoh.

Crazy psycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang