Pov Mew.
Kepalaku kembali menoleh, memastikan bahwa Gulf benar-benar tidak melihatku melipir ke stand pameran itu lagi. Bagaimanapun juga tempat stand pameran dan toko mainan saling berdekatan, jadi mudah saja jika sewaktu-waktu Gulf melongok dari sana, Mencidukku sedang berdiri di sini.
Akan lebih mudah jika Gulf tadi langsung menerima tawaranku untuk membelikannya cincin, akan lebih mudah juga jika tadi aku tak menangkap seberkas binaran dari matanya bahwa dia benar-benar menginginkan cincin itu. Ia begitu antusias. Selain berbinar, matanya juga seolah berteriak. Yah walaupun dia tidak mengatakannya, tapi aku cukup peka bahwa dia sangat-sangat menginginkan benda itu. Belum lagi tadi Gulf mengatakan bahwa cincin itu begitu mahal, jadi setidaknya aku tahu alasan wajah dia yang langsung pias saat mendengarkan pegawai wanita itu karena perihal harga.
Padahal jika tadi saja dia mengangguk, aku langsung akan membelinya. Tapi melihat dia begitu menutupi keinginannya aku merasa, aku harus menghargai keputusannya. Aku tau Gulf bukan type orang yang akan dengan mudah menerima sesuatu dari orang lain. Di tambah memang kami sudah membicarakan perihal hubungan Kearah yang lebih serius, jadi akan sangat sulit jika Gulf menerima apalagi meminta. Maka dari itu aku sekarang kembali lagi ke stand ini, setidaknya jika Gulf tak menerimanya—aku bisa mengatakan jika cincin itu adalah bentuk terimakasihku karena dirinya sudah mau bersedia menerima semua masa laluku yang kelam, mau memberikan kesempatan juga untuk kami saling memiliki ikatan, yaitu sebuah hubungan.
Aku tersenyum kala pegawai stand itu menyapaku. "Bisa saya melihat cincin yang tadi," pintaku. yang langsung di angguki oleh pegawai itu.
"Berapa harganya, tadi?" tanyaku.
"20jt baht, tapi jika hanya membeli satu saja jadi 10jt bath." Jelasnya.
Aku mengangguk, melihat kembali detail ukiran cincin itu yang memang begitu indah. Sederhana tapi elegan. Benar-benar luar biasa.
"Apa nong tadi adalah kekasihmu?" tanya pegawai wanita itu kepo. Mungkin sedari tadi juga dia kepo.
Aku mengangguk, tersenyum seadanya.
"Ah jika kalian adalah pasangan, kebetulan pameran ini juga selain menjual pernak-pernik couple—di sini juga kami memberi potongan harga khusus untuk pasangan yang mampir kemari seperti kalian." Katanya memberi info.
Aku mengangguk kembali, "Jadi jika saya membeli sepasang cincin ini semuanya berapa?"
"15jt bath, Khun."
Mataku kembali berbinar, ikut antusias juga seperti Gulf tadi. "Baiklah, bungkus semuanya." Titahku, yang diangguki oleh pegawai itu.
Namun sesaat aku terdiam, baru ingat apakah ukuran cincin itu akan pas di jari Gulf atau tidak.
"Ehmm maaf tadi saya baru ingat, apakah menurutmu cincin itu akan pas di jari kekasihku?"
Pegawai itu tersenyum, seraya tangannya terus bergerak membungkus cincin itu dengan telaten. "Kebetulan tadi saya sudah melihat ukuran jari dari kekasih, Anda. Jadi saya yakin bahwa cincinnya akan pas." Katanya, langsung bisa membuatku bernapas lega.
"Hmm baiklah. Saya bayar menggunakan debit," ucapku, mendorong satu kartu debit di hadapannya.
"Baik, Khun. Tunggu sebentar."
Setelah beberapa saat melakukan prosedur pembayaran akhirnya aku mulai angkat kaki dari sana. Mengembangkan senyum cerah karena sudah berhasil mengantongi kotak berisi cincin itu.
Tadi aku berubah pikiran untuk tidak membungkus cincin itu, karena aku pikir aku akan memberikan kejutan saja. Sedikit suprise untuknya, karena akan repot juga jika aku membawa totebag di saat ada Gulf yang pastinya akan langsung inisiatif bertanya apa gerangan yang aku bawa. Jadi tak ingin banyak mengambil resiko, aku memilih untuk membelikannya sekaligus dibungkus dengan sebuah kejutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy psycopath
Fanfiction(JANJI FOLLOW AKUN INI SETELAH BACA APAPUN STORY DARI AKUN INI. TAK KENAL MAKA TAK SAYANG) Cover by: @sf.nann Mungkin ini akan menjadi cerita pembunuhan berantai untuk seorang Mew suppasit, seorang anak dari keluarga berada. Broken home dan Drama me...