psycopath 09.

1.1K 189 18
                                    

"Shit. Apa yang kau lakukan." Mew mengumpat tertahan, kala deru napas panas dari bibir Gulf menggelitik lehernya dengan sensasi berbeda.

Sial! Kebodohan apa yang Mew lakukan kali ini? Harusnya ia tak perlu mengantar pria teler ini. Sungguh kini Mew merasa bahwa sekarang dirinya bukanlah Mew yang sebenarnya. Melakukan hal konyol untuk mengantar pulang orang teler. Lancang sekali orang ini memperbudak Mew.

"Ahh... Apa aku sudah di kasur?" Rancau Gulf, masih terus nyaman menumpukan kepalanya di leher Mew. Tangannya bergelayut intim di sana.

"Sungguh payah cara minummu." Olok Mew. Yang kini keduanya sudah keluar dari dalam lift.

Dengan kepayahan dan sedikit tertatih, Mew menyeret Gulf. Sialan! Kenapa pria ini sungguh berat. Benar-benar sangat konyol. Satu kebaikan yang nantinya akan Mew rutuki sampai kapanpun. Bodoh! Ia terus mengumpat kala Gulf terus membuat gerakan yang sesekali membuat Mew limbung.

"Berhenti membuat gerakan, Kana." Kesal Mew.

"Apa, apa? Kau mengatakan apa. Kepalaku pusing."

Mew mendengkus dengan kasar. Lalu dengan satu kali gerakan, kini Gulf sudah dengan apik berada di gendongan Mew. Dan lagi-lagi Gulf menaruh bibir panasnya di leher Mew. Oh Tuhan! Ada apa dengan dirinya. Tanpa ada protes lagi, Mew membenari gendongan tersebut lalu mengapitkan tangannya di bawah kaki Gulf.

"Jangan sampai jatuh. Pegangan yang erat di leherku." Perintah Mew.

Namun belum sempat Mew melangkah, Gulf lebih dulu mengeratkan lengannya di leher Mew. Dengan sangat kencang, sampai Mew berjengkit tertahan karena cekikan kencang itu.

"Hei apa yang kau lakukan, kau mencekikku keparat." Murka Mew, namun justru mengundang kekehan renyah khas orang mabuk dari bibir Gulf.

"Kau bilang aku harus pegangan yang erat di lehermu. Sekarang aku tengah melakukannya." Jawabnya polos.

Mendengar jawaban polos itu, Mew memejamkan matanya. Berusaha untuk tetap mengontrol diri agar tidak membanting pria lancang ini ke lantai.

"Tapi kau mencekikku,"

Lagi-lagi kekehan renyah yang keluar dari bibir Gulf. Membuat Mew penasaran ingin menoleh. Ingin sekali melihat seberapa bodoh wajah konyolnya jika sedang mabuk.

Deg.

Beberapa detik Mew terpaku. Terpaku melihat wajah terpejam itu, melihat bibir sehatnya terbuka dengan menampilkan gigi-giginya yang berbaris rapih. Bibirnya terlihat benar-benar sehat, seperti tak satu hisap pun menyentuh zat nikotin yang sering kali Mew lampiaskan jika tengah frustrasi. Bibir pluemnya sungguh seksi, layaknya bibir yang selalu di idam-idamkan para kaum hawa. Bagaimana ada pria dengan badan besar, namun memiliki wajah semanis dan secantik ini.

Oh sial! Mew sudah gila kini. Otaknya benar-benar bergeser jauh dari tempatnya. Bagaimana bisa ia memuji orang yang sudah menyusahkannya. Tidak ingin larut lagi dalam menatap wajah itu, Mew langsung membuang wajahnya. Menggelengkan kelapanya cepat, menghilangkan semua kelanturan itu. Mew yakin bahwa efek alkohol yang ia minum tadi mulai bereaksi sekarang. Maka dari itu ia menjadi gila seperti saat ini.

"Upss... Aku tak tau kalau itu terlalu kencang." Ucapnya, memecah keheningan di koridor apartemen.

"Kau benar-benar menyusahkan." Tekan Mew, lalu kembali berjalan. Memasuki koridor lebih dalam lagi. "Sebutkan nomor kamarmu," Gumam Mew.

"1122." Sebutnya.

Walaupun dirinya sudah tak mampu lagi menahan kekonyolan ini, Mew masih setia berjalan lebih dalam lagi. Tepat berada di pojok koridor kamar Gulf terlihat, ada beberapa kamar juga yang bersanding dengan kamar Gulf. Sudah terlihat sepi, lagian siapa juga yang akan berkeliaran dini hari seperti ini, kalau bukan dirinya yang dengan sangat terpaksa mengantar orang yang kini sedang dalam gendongannya.

Crazy psycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang