Bab 3

13 5 0
                                    

Walaupun sebenarnya belajar membuat seni latte cukup ribet menurutnya tapi semua itu tetap dia lakukan karena sudah niat. Kanu mengambil ponsel kemudian membuka aplikasi percakapan, dia mengetik pesan singkat yang kemudian dia kirim untuk Orlin.

Kanu
Besok jangan bangun kesiangan. Kita harus berangkat lebih cepet dari biasanya.

Sengaja Kanu mengirim pesan seperti itu untuk Orlin karena memang terkadang dia selalu sampai sekolah 5 menit sebelum bel berbunyi. Bagi Orlin untuk apa berangkat sekolah lebih awal kalau ujung-ujungnya hanya gabut di kelas.

***

Keesokan harinya, jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi tapi Orlin sudah selesai membantu mamanya untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Yup, salah satu kelebihan Orlin memang termasuk gadis yang rajin dan cekatan jika berada di rumah—ralat, lebih lebih tepatnya dia rajin karena takut terkena omelan mamanya.

"Udah kelar semua 'kan Ma?" tanya Orlin memastikan.

"Udah," jawab mamanya singkat. "Oh ya, coba cek Hpmu kayaknya dari tadi bunyi," ucap Ravena memberitahu.

"Iya, Ma."

Orlin segera mengambil ponselnya yang terletak di atas meja dan mengeceknya. Dan ternyata benar saja banyak sekali notifikasi panggilan masuk dan pesan yang belum sempat terbaca. Orlin mendengkus kesal saat membaca pesan teratas dari Kanu.

Kanu
Besok jangan bangun kesiangan. Kita harus berangkat sekolah lebih cepet dari biasanya.

Orlin
Okey

Kanu
Jam setengah 7 gue jemput. Gue sampai sana lo harus udah cantik.

Orlin
Iya. Tenang aja.

Setelah mengetik pesan tersebut Orlin duduk di sofa sambil membuka akun sosial medianya, terlihat sangat santai padahal seharusnya dia bersiap-siap untuk mandi. Dia juga yakin kalau Kanu sudah on the way menuju rumahnya, tapi dia tetap masa bodoh.

"Sarapan dulu, Lin," perintah Ravena penuh perhatian.

"Sebentar Ma," balas Orlin pelan tanpa menatap ke arah mamanya.

''Sebentar, sebentar nanti kamu lupa.''

"Enggak, Ma," ucap Orlin menyakinkan.

Selang beberapa menit terdengar suara ketukan pintu dari luar, Orlin yakin jika yang datang adalah Kanu. Dia pun segera melangkahkan kakinya ke arah ruang tamu lalu membuka pintu tersebut.

Bola mata Kanu membulat saat menatap Orlin masih memakai baju tidur, ya walaupun penampilannya sedikit rapi tapi tetap saja membuat Kanu mengembuskan napas kesal.

"Tadi bilang apa di chat?" tanya Kanu sinis.

Tanpa rasa berdosa Orlin justru memberi cengiran. "Tunggu gue mandi dulu atau Lo mau duluan ke sekolah nggak papa," balas Orlin santai.

"Gue nunggu lo tapi nggak pake lama."

"Ya udah. Masuk dulu."

Kanu mengacak-acak rambutnya frustrasi, dia yakin Orlin memang sengaja membuatnya menunggu. Padahal Orlin juga tau kalau Kanu tidak suka menunggu. Di ruang tamu untungnya ada Zaura yang sedang bermain. Kanu terdiam sejenak memandangi Zaura lalu bergumam sendiri. "Lo gemesin banget tapi kenapa kakak lo ngeselin banget sih, anjir."

"Eh, ada Kanu, udah sarapan belum?" sapa Ravena ramah.

"Makasih Tante, tapi aku udah sarapan," sahut Kanu seraya tersenyum.

"Oh ya, semalem Orlin bilang katanya kamu minta temenin dia buat belajar seni latte ya?" Tanya Ravena to the point.

Kanu sempat bersikap gugup sebelum akhirnya berhasil mengatur napasnya. Jujur, dia malu tiba-tiba ditanya seperti itu oleh Ravena.

Latte Art Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang