Bab 11

8 3 2
                                    

Orlin segera mengajak Chiquita sedikit menjauh dari Kanu karena dia ingin mencegah keributan yang terjadi di antara keduanya.

"Ada apa, sih? Kok Tiba-tiba lo kesini," tanya Orlin penasaran. 

"Ada hal yang harus gue sampaikan sekarang, Lin," ucap Chiquita mendramatisir keadaan.

Orlin semakin mengernyit, pasalnya tidak biasanya berbicara Chiquita seperti itu, seolah penting dan  harus didengarkan Orlin saat itu juga.

"Iya, apa?"

"Lusa Abay ngajak kita jalan-jalan, lo mau ikut nggak?" tanya Chiquita memastikan.

Orlin memutar bola matanya malas, sepertinya dia terlalu berharap kepada Chiquita berlebihan. "Lo niat pergi dari rumah ke sini cuma buat nyamperin hal ini?"

Chiquita langsung menggeleng, "Enggak lah. Gue tadi abis dari supermarket disuruh mama beli keperluan dapur, terus mampir ke sini bentar."

"Oh."

"Jadi gimana? Lo jadi mau nggak?" tanya Chiquita lagi. "Kamu ajak sekalian."

Posisi Orlin yang lumayan berjarak dari Kanu membuatnya harus memanggilnya  dengan suara yang sedikit keras.

"Nu," panggil Orlin seraya melambaikan tangan.

Kanu yang sadar dirinya dipanggil pun langsung menoleh. "Apa?"

"Sini sebentar," suruh Orlin santai.

Kanu berjalan malas mendekati mereka. Dia curiga akan ada hal yang membuatnya kesal atau badmood. "Kenapa?"

"Chiquita ngajak kita jalan-jalan lusa, lo mau ikut nggak?" jawab Orlin menjelaskan.

"Iya, lo mau ikut nggak?" tambah Chiquita.

Tanpa pikir panjang Kanu dengan cepat menolak ajakan temannya itu. Sebab, Dia sudah mempunyai rencana sendiri untuk mengajak Orlin untuk pergi ke tempat wisata juga. Namun, dia masih belum mengatakan kepada Orlin.

"Nggak bisa. Lusa gue udah mutusin buat ngabisin waktu di rumah sendiri, jadi maaf nggak bisa ikut," ucap Kanu menolak tapi tetap berbicara lembut. 

Meskipun merasa sedikit kecewa tapi dia tetap bisa memaklumi Kanu.

"Kalau Kanu nggak ikut, gue juga enggak," timpal Orlin.

"Jadi gue cuma berdua nih perginya. Ish, padahal padahal gue udah bayangin betapa serunya kalau kita pergi liburan berempat."

*Makanya nggak usah banyak berkhayal, nggak sesuai rencana lo kan," ucap Orlin dan Kanu kompak seraya tersenyum remeh.

"Kalian emang nggak bisa bikin temennya seneng sekali aja," kata Chiquita dengan nada kesal. Akhirnya dia pun memutuskan untuk pulang saja.

Sementara Kanu dan Orlin kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti karena adanya Chiquita tadi.

"Lo beneran besok mau ngabisin waktu di rumah, kok tumben banget biasanya juga pergi terus," tanya Orlin dengan tatapan tidak percaya.

"Beneran lah. Soalnya badan gue emang agak lemes, nih," jawab Kanu beralibi.

"Hmm."

Saking seriusnya Orlin dan Kanu menghabiskan waktu untuk membuat seni latte berdua, mereka bahkan lupa waktu. Orlin melirik arloji yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore. Mereka pun segera bersiap untuk pulang ke rumah.

"Kak, dua hari lagi gue ke sini coba jadi barista ya," pinta Kanu penuh yakin sebelum pergi dari kafe.

Tidak menjawab, Wilzef hanya memberi anggukan kecil sambil mengacungkan  jempolnya.

"Kok lo nggak izin ke gue, sih," protes Orlin.

"Leader di kafe ini kan kak Wilzef, jadi gue izin ke dia aja."

***

Saat sampai di rumah Orlin sempat terkejut karena sudah melihat mama dan kakaknya sedang prepare baju lumayan banyak. Karena penasaran Orlin pun langsung bertanya pada mamanya, "Mau ke mana sih, Kak?"

"Kakak kamu mau tinggal menetap sementara di luar kota biar bisa ngurusin usahanya lebih tenang," jelas Ravena pelan.

"Kan biasanya gitu sih Mah, kakak jarang pulang ke rumah kecuali weekend, aku yang merhatiin kakak aja capek sendiri."

"Ya makanya itu biar sekalian nggak pulang," jawab Akira, kakak Orlin seraya tersenyum menatap Orlin.

"Terserah, Kak."

Setelah berbicara seperti itu Orlin langsung berjalan masuk ke dalam kamar dengan kepala menunduk. Sebenernya ada perasan sedih yang menyelimuti. Orlin kadang ingin menghabiskan waktu bersama dengan kakaknya atau berlibur.

Punya kakak, kayak nggak punya kakak. Sibuk terus sama usahanya sendiri, batin Orlin hampir putus asa.






Latte Art Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang