Setibanya di sekolah benar saja Orlin mendapat beberapa teguran dari teman-temannya karena mereka heran seorang Orlin bisa berangkat sekolah pagi. Dan yang lebih parah lagi sahabatnya juga ikut-ikutan meledeknya
''Tumben udah nampakin diri lo, biasanya jam segini masih di rumah ngurus Zaura," sindir Kanu seraya tertawa memandang Orlin. Gadis itu masih mencoba untuk sabar walaupun sebenarnya merasa kesal. Dia berjalan begitu melewati Kanu tanpa menoleh.
"Kalau gue nggak nginep di rumahnya nggak mungkin dia berangkat sekolah sepagi ini," celetuk Chiquita seraya menahan tawa.
Kanu dan Chiquita terlihat sangat puas saat melihat raut wajah Orlin yang memerah. Bagi Orlin teman-temannya itu minus attitude, padahal hari masih pagi tapi mereka berdua tega menistakannya.
Tawa Kanu terhenti, dia mengingat satu hal tentang saran yang kemarin dia kasih untuk Orlin agar Chiquita merasa terhibur.
"Eh, gimana semalem seru nggak kalian ke pantai? Jadi tenang 'kan pikiran lo? tanya Kanu pada Orlin penasaran.
Namun, alih-alih Orlin yang menjawab, justru Chiquita dengan cepat menanggapi.
"Tenang apanya? Gue di sana malah ketemu Divo sama kak Theo. Sial banget."
Kanu masih bersikap biasa saja. "Berarti kalian jodoh."
"Nggak," sewot Chiquita. Dia sama sekali tidak pernah berniat untuk dekat lagi dengan Divo. "Males banget."
"Lo harus terima kenyataan, Ta." Kini giliran Orlin yang membuka suara.
"Kenyataan itu pahit."
Kanu berdecak. "Ya iya lah. Yang manis tuh permen, udah jatuh ke tanah aja tetap manis. Dikasih sambel aja masih manis."
"Gula juga," sambung Orlin.
"Lo juga."
Uhuk! Tiba-tiba saja Chiquita merasa tersedak. Padahal dia tidak sedang memakan atau meminum apa pun.
"Kenapa lo?" tanya Kanu dan Orlin kompak.
"Nggak papa. Kayaknya gue mau keluar kelas sebentar deh," kata Chiquita beralibi, padahal sebenarnya dia hanya ingi membiarkan Orlin dan berdua di kelas.
***
Saat Orlin dan kanu sedang di kelas berdua, Kanu mengajak orlin mengobol, tapi orlin jusrtu mersa bosan karena cowok itu hanya membahas seputar kafe dan seni latte. Tidak ada yang lain.
''Nanti siang pulang sekolah kita ke kafe lagi, ya!' pinta Kanu lembut.
Orlin menggangguk, tapi kali ajak ini memberi syarat pada cowok yang ada di hadapannya itu. "Tapi nggk gratis ya! lo harus kasih sesuatu ke gue."
"Apa? lo minta gue buat bayar. lo kan udah banyak duit, dih.''
Orlin menarik napas dan mengembuskannya pelan. ''Bukan itu, tapi gue pingin lo ngajak gue jalan-jalan ke tempat yang belum pernah gue kunjungi."
Kanu menggangguk paham. Syarat yang sangat mudah bagi Kanu. dengan cepat dia pun menyetujui permintaan Orlin. ''Oke.''
Setelah merasa senang karena Kanu mengajaknya pergi liburan, Orlin memutuskan untuk pergi ke kantin.
"Gue mau ke kantin. lo ikut nggak?''
"Boleh.''
***
Orlin dan Kanu berjalan ke kantin melewati kelas 10, dan seperti biasa banyak adik kelas yang menyapanya, Kanu pun membalas sapaan mereka dengan hangat. Kanu bukanlah tipe cowok yang dingin atau sombong. malahan Kanu selalu memberi senyum kepada orang-orang yang menyapanya. bahkan saking ramahnya Kanu, dia pernah dipeluk sama adik kelas dari belakang.
Seperti sekarang, saat Kanu sedang memesan makanan untuk dirinya dan Orlin, tiba-tiba saja dirinya dipeluk. Kanu tidak pernah marah atau membentak siswa yang memeluknya. Tapi dia heran apakah adik kelasnya itu tidak mempunyai rasa malu?
"Kok kakak ganteng, sih," ucap salah satu adik kelas Kanu dengan penuh percaya diri. Padahal Kanu tidak kenal siapa nama siswa tersebut.
Kanu hanya menanggapi dengan memberi senyum sekilas, kemudian melenggang pergi.
Jika boleh jujur, sebenarnya Kanu tidak betah jika sering menjadi pusat perhatian seperti ini, dia ingin hidup normal tanpa ada orang yang mencuri pandang kepadanya.
TBC 😎
KAMU SEDANG MEMBACA
Latte Art
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] Berawal dari keisengan Kanu yang ingin belajar membuat seni latte art membuat dia akhirnya bertemu dengan seorang perempuan yang bernama Jovanka Orlin. Mulanya semua terasa menyenangkan tapi akhirnya ada satu hal yang membuat...