Bab 18

10 3 3
                                    

Di perjalanan Chiquita melihat pemandangan sekitar melalui kaca jendela mobil. Tiba-tiba saja dia sedikit merasa sedih karena lagi-lagi mengingat kenangannga bersama Divo. Moodnya menjadi berantakan, di dalam mobil pun dia sempat menggerutu karena ingatannya tentang cowok itu masih belum bisa hilang.

"Kenapa sih lo? Kok kayak nggak tenang gitu?" tanya Abay to the point. Karena menyadari gelagat aneh temannya itu.

"Keinget Divo," jawabnya lirih.

"Ngapain sih masih inget aja itu orang, kemarin aja sok marah-marah sekarang kayak galauin." omel Abay masih belum berhenti.

"Lama-lama lo kalau sok galau terus. Gue turunin lo di sini, mau?" ancam Kanu terlihat sangat serius. Dia tidak suka jika ingin bepergian, tapi ada salah satu temannya yang sok sad.

"Parah banget ih," ucap Chiquita memelas.

"Gue males punya temen yang nggak punya semangat, dikit-dikit galau. Mending cari temen lain aja sana biar bisa diajak galau bareng," tegas Kanu membuat Chiquita tak bergeming.  Meskipun berbicara dengan nada sedikit keras, tapi sebenarnya Kanu peduli dengan temannya dan berniat baik..

"Eh, omong-omong kita mau ke mana, Nu?" tanya Orlin mengalihkan pembicaraan. Karena sejak awal dia hanya dia mendengar teman-temannya berdebat.

"Keliling kota aja," jawab Kanu singkat.

"Kirain bakal pergi ke tempat anti-mainstream, ternyata cuma muter-muter doang," protes Abay.

"Tau tuh, nggak seru ah," celetuk Chiquita ikut-ikutan.

Kanu mengembuskan napas kasar, dia masih fokus menyetir dengan pandangan lurus ke depan. "Sebenernya gue ada rencana buat pergi ke satu tempat, tapi mungkin lain kesempatan aja."

"Lah, kenapa?" tanya Orlin sedikit kecewa.

"Liat aja tuh Chiquita dia masih galauin mantannya. Kita kan niat mau jalan-jalan. Masa ada satu temen kita yang sedih, kan nggak asik," jelas Kanu.

Chiquita yang mendengar hal tersebut pun berusaha untuk membangkitkan kembali moodnya. Dia juga merasa kasihan dengan ketiga temannya jika rencana traveling kali berantakan hanya karena dia. "Gue udah nggak sedih, nih. Gue seneng, apalagi pergi sama kalian."

"Nah gitu dong. Lagian nggak perlu juga selalu inget Divo, laki-laki belum tentu minta maafnya tulus," ucap Orlin spontan.

"Beneran? Ya udah kita pergi ke air terjun ya," tanya Kanu memastikan.

"Udah ke sana aja, sih. Kebanyakan bacot kalian, mah," protes Abay kesal karena tidak sabar.

Kanu menaikkan kecepatan laju mobilnya di atas rata-rata sehingga membuat Abay, Chiquita, dan Orlin berteriak panik.

"Anjir. Gila, lo mau bikin kita semua mati apa gimana, sih," umpat Abay spontan.

Kanu justru tertawa terbahak melihat teman-temannya yang berteriak sambil memakinya. Karena hal itu yang sebenarnya membuat perjalanan jauh lebih berkesan baginya. "Gimana? Seru 'kan kalau pergi bareng gue?" tanya Kanu berbangga diri.

"Bikin gue jantungan aja. Pelanin nggak!" suruh Orlin tegas dengan tangan mengepal. Sebagai tanda jika dia sudah bersiap untuk menjotos tubuh Kanu jika tidak mau menuruti ucapannya.

Perlahan Kanu memelankan laju mobilnya menjadi kecepatan normal, kini Susana di dalam mobil pun sedikit lebih tenang, tidak seperti sebelumnya yang panik.

Selang beberapa menit, mereka pun akhirnya tiba di tempat wisata air terjun yang paling terkenal di kotanya. Semuanya keluar dari mobil, tapi Orlin sempat bersolek dahulu demi menjaga penampilan agar tetap terlihat fashionable.

"Kalau dilihat-lihat kita kayak double date, deh," ucap Abay asal.

Ketiga temannya yang mendengar hal tersebut pun langsung meliriknya sinis. Sama sekali tidak membenarkan perkataan Abay.

"Nggak. Biasa aja, gue malah lebih ngerasa kalau kita semua itu keluarga," ketus Kanu membantah.

"Nggak tau tuh, Abay sama Chiquita kayaknya cocok. bahas cinta-cintaan terus," sambung Orlin.

Chiquitaa tidak merespon ucapan Orlin karena pandangan dia terfokus dengan pemandangan yang sangat indah. Dengan cepat dia menarik lengan Orlin karena ingin berfoto di salah satu spot foto yang paling indah di tempat tersebut. 

''Kenapa sih, Ta?" tanya Orlin bingung.

"Ayo foto di sana," Chiquita seraya menunjuk tempat yang membuat dirinya berdecak kagum sejak tadi.

Latte Art Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang