Tiga minggu berlalu, Orlin masih tidak bisa fokus menjalani kehidupan sehari-hari karena sampai hari ini Kanu masih belum menghubungi dirinya. Rasa rindu yang kian bertambah membuat dia kesulitan melakukan kegiatan apa pun.
Namun, sekitar jam 10 pagi Orlin memutuskan pergi ke mall untuk membelikan makanan ikan hiasnya. Kali ini dia pergi sendirian, tanpa mengajak siapa pun, walaupun sebenarnya Zaura menangis ingin ikut tapi tetap dia biarkan.
Sepulang dari mall Orlin merasa terkejut karena di depan rumahnya terlihat seorang cowok yang sedang duduk sambi memberi makan ikan-ikan hiasnya. Orlin turun dari motor dan berjalan cepat menghampirinya. Orlin tidak menyangka jika cowok yang ada di hadapannya adalah orang yang selama ini dia rindukan.
''Lo kemana aja sih? gue kangen banget sama lo. betah banget selama itu ngilang nggak ada kabar. Jahat ya," Orlin mengomeli Kanu panjang lebar, bahkan saat cowok itu ingin mengatakan sesuatu, Orlin justru tidak memberi kesempatan.
''Terus mau ngapain ke rumah gue?" lanjutnya lagi, masih berbicara dengan nada tinggi.
Tanpa ragu tangan Kanu menarik tubuh Orlin ke dalam pelukannya. "Jangan marah-marah dulu, gue ke sini mau jelasin semuanya. lo masih mau dengerin gue nggak?'
"Nggak," jawab Orlin nolak. Berusaha melepas pelukan Kanu dan segera menjauhkan diri.
"Yakin? Gue udah di sini. Padahal mau kasih hadiah ini juga ke lo, tapi kayaknya nggak usah deh, ya. Gue kasih ke orang lain, nih,'' ucap Kanu mengejek. Sengaja memancing emosi Orlin.
Sial! Pertahanan Orlin untuk berpura-pura marah seketika runtuh saat itu juga, karena dia tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya, dan tidak sabar mendengar penjelasan cowok itu. Orlin menyuruh Kanu masuk ke dalam rumah dan mempersilakan duduk di sofa, kemudian mulai mendengarkan semua cerita Kanu.
"Lo tau nggak alasan kenapa beberapa hari kemarin gue ngilang. Nggak berangkat sekolah bahkan nggak pernah ngehubungin lo lagi?" Kanu berbicara sangat serius, sampai membuat gadis yang sedang duduk di sampingnya itu menunduk lesu.
"Kenapa? Jelasin aja, jangan malah ngasih gue tebak-tebakan. Gue lagi nggak bisa mikir."
"Gue lagi nggak sehat, Lin. Gue ngilang dari lo waktu itu karena pergi ke rumah sakit dan gue putusin buat operasi," jelas Kanu membuat Orlin tersentak. Bagaimana mungkin Kanu menyembunyikan rasa sakitnya selama ini?
"Hah? Sakit apa? Kenapa lo baru kasih tau gue sekarang?"
Kanu tersenyum singkat memandang Orlin dengan tatapan hangat. "Gue sakit hermaprodit—"
"Sebenernya itu penyakit apa? Gimana penyembuhannya? Kenapa bisa lo yang kena?" Orlin mencecar Kanu dengan berbagai macam pertanyaan, bahkan Kanu sampai tidak bisa menjawab pertanyaan gadis itu, karena merasa tidak ada kesempatan berbicara.
"Pokoknya lo harus jelasin semuanya tanpa ada yang ditutupi lagi," pinta Orlin ketus.
Kanu sangat mengerti jika Orlin sedang emosi. Terlihat dari nada bicara dan ekspresinya yang begitu kesal. Kanu tidak langsung menjelaskan dan berkata apa pun dalam waktu beberapa menit, menunggu sampai mood Orlin kembali tenang. Saat ini perasaan
"Gue bukan nggak mau jelasin, Lin. Gue udah ngira pasti lo nggak nyangka banget sama semua hal yang terjadi sama gue. Waktu itu gue juga udah kasih lo sedikit petunjuk tapi mungkin lo masih nggak paham sama semua clue yang udah gue bilang."
"Petunjuk apa? Yang gue inget justru lo cuma diem tanpa kasih penjelasan apa pun," sela Orlin menunjukkan ekspresi kesal.
"Lo inget nggak waktu gue ngajak lo jalan-jalan tanpa nunda? Lo inget waktu di pantai gue nyuruh lo buat nggak sedih dan selalu inget momen kebersamaan kita biar lo selalu senyum kalo inget gue?" tanya Kanu berusaha memutar kembali ingatan Orlin.
"Tapi apa lo tau perasaan gue sekarang gimana? Saat sahabat lo sendiri baru jujur tentang penyakitnya yang selama ini disembunyiin." Orlin menumpahkan semua perasaannya, antara kesal dan sedih bercampur menjadi satu.
"Jangan sedih dong. Kalau lo sedih, gue jadi merasa nggak enak, nih. Malah jadi down. Semangat buat sembuhnya ilang karena udah buat sedih orang terdekat gue."
"Oh, lo masih anggap kita deket?" Sinis Orlin, walaupun sebenarnya dia tidak bisa marah kepada Kanu semua dia lakukan hanya untuk berpura-pura.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Latte Art
Teen Fiction[Revisi setelah tamat] Berawal dari keisengan Kanu yang ingin belajar membuat seni latte art membuat dia akhirnya bertemu dengan seorang perempuan yang bernama Jovanka Orlin. Mulanya semua terasa menyenangkan tapi akhirnya ada satu hal yang membuat...