Chapter 3

324 48 3
                                    

"Kau siswa peringkat satu tahun ini, kan? Aku datang kesini untuk memberitahu tentang tradisi di akademi ini."

"....tradisi?" beo Sean.

Lelaki di hadapannya mengangguk, "Yah.. meskipun hanya tradisi zaman dulu, sih."

Sean dibuat bingung, mengapa rasanya sekolah ini memiliki tradisi zaman dulu yang banyak sekali?

"Sudah menjadi tradisi bahwa siswa dengan nilai paling bagus akan bekerja dengan sukarela di osis."

"Bekerja sukarela? Maaf tapi saya-"

"Tunggu! Sebelum kau menolak, kau harus tau bahwa keuntungan ikut osis adalah mendapat surat rekomendasi dari guru juga memiliki jaringan yang bagus setelah lulus nanti!"

"Bukankah ini kesempatan yang baik bagi Sean yang hendak menjadi seorang pebisnis?"

Sean memang tadinya tidak tertarik dan akan langsung menolak, ia khawatir kegiatan osis hanya akan mengganggu kegiatan belajarnya.

"Pokoknya, besok datang saja ke ruang osis jam 8 pagi ya! Aku pergi dulu karena sibuk!"

Tanpa sempat Sean menjawab apapun, lelaki itu sudah menghilang. Baiklah, tidak ada salahnya untuk sedikit mempertimbangkan bukan?

• • •


Tawaran osis itu rupanya membuat Sean terjaga semalaman.

"Aku bahkan sampai tidak punya waktu memikirkan kesepakatanku dengan Liam.."

"...tunggu dulu, bukankah bagus jika aku tak punya waktu untuk memikirkannya?"

Sean sudah membulatkan tekad, ia akan masuk osis, menyibukkan diri sembari membangun relasi, lalu sesekali mengamati perkembangan hubungan antara Liam dan Peter.

• • •


Jam delapan pagi kurang sepuluh menit, Sean sudah berdiri di hadapan pintu yang ia yakini sebagai ruang osis. Melihat sekeliling, lorong terlihat sepi dan tidak ada suara berisik yang berasal dari dalam ruangan. Apa ia datang terlalu cepat?

tok tok

Sean mengetuk pintu dan memberi salam, namun tidak ada sahutan apapun dari dalam. Hingga akhirnya ia putuskan untuk masuk ke dalam ruangan yang memang tidak terkunci itu.

"Permisi...?"

Sosok seorang pria menatap pemandangan di luar jendela adalah hal pertama yang ia tangkap saat memasuki ruangan. Sosok itu perlahan berbalik, dan betapa terkejutnya saat Sean mengenali sosok itu sebagai Liam.

Buru-buru ia banting pintu, menutupnya kembali lalu menatap plang di atas pintu. Ia yakin sekali bahwa ia tak salah masuk ruangan, tapi mengapa ada Liam di dalam?

Sean merasa sangat bingung, Liam dalam buku adalah sosok dingin dan kesepian yang tidak percaya pada siapapun, jadi tak mungkin Ia akan rela terlibat dengan organisasi yang mengharuskan banyak interaksi dengan orang lain, bukan?

"Aku harus pergi dari sini, bagaimanapun di dalam ada pintu menuju neraka!"

"Tapi akan sangat tidak sopan jika aku pergi begitu saja, dia pasti akan mengomel karena merasa diacuhkan."

"Baiklah, kita coba masuk dulu saja..."

Sean kembali membuka pintu dengan perlahan, mengintip ke dalam ruangan, "Yang mulia... Liam?"

"Peraturan akademi, begitu melewati gerbang sekolah maka status sosial tidak berlaku disini." sela Liam.

Tentu saja Sean tau peraturan itu, namun tetap saja rasanya bukan hal yang benar memanggil Liam dengan embel-embel nama saja.

I'm just his friends [ 2MIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang