Chapter 2

443 50 8
                                    

Seungmin's POV

“Kosong sekali..”

Aku putuskan untuk mengunjungi perpustakaan. Tentu saja, keadaannya kosong melompong mengingat periode belajar belum dimulai.

Di hari penerimaan siswa baru, orang-orang akan lebih memilih untuk saling memberi salam pada orang yang dianggap dapat membantu keluarganya di masa depan.

Dan satu-satunya yang mengabaikan budaya itu lalu lebih memilih untuk menyendiri adalah Peter.

Peter yang miskin selalu haus akan buku sehingga ia akan habiskan waktunya untuk membaca buku di perpustakaan.

Dari balik rak buku, aku mengintip Peter yang sedang membaca. Sembari berusaha agar tidak menimbulkan suara apapun.

Ah, Peter sungguh terlihat sangat manis. Jika mengikuti alur cerita, ini adalah tempat dimana Peter dan Liam bertemu lalu jatuh cinta. Kenapa aku ada disini? Tentu saja untuk melihat momen itu secara langsung!

Ingat kan aku penggemar berat Peter?

“Sedang apa?”

Aku dengar seseorang berbisik di belakangku. Aduh, mengganggu momen saja. Padahal aku sedang menunggu kedatangan tokoh utama satunya yaitu Liam.

Ku sikut tubuh di belakangku sebagai isyarat agar ia tak membuat keributan apapun atau akan lebih baik jika ia pergi saja, meski nampaknya sia-sia karena aku tak merasa sosok di belakangku bergeming sedikitpun.

Saat aku ingin kembali fokus mengintip, tiba-tiba saja aku merasa suara sosok di belakangku ini terdengar familiar, jangan-jangan...

Holy sh—” aku hampir saja mengumpat saking terkejutnya saat berbalik. Bagaimana tidak jika ternyata sosok itu adalah Liam?

“Kenapa sepertinya kau terkejut?”

“Te-tentu saja, tiba-tiba kau ada di belakangku!”

Liam sedikit memiringkan kepalanya sembari menatapku dengan pandangan bingung.

“Padahal sudah ku panggil dari jauh, tapi sepertinya tidak terdengar.”

“I-itu..”

Liam lalu mendekati rak buku di sampingku dan mengambil satu buku di sana, “Ku kira sedang lihat apa, kau baca buku ini?”

“Oh, iya. Belakangan saya tertarik dengan hal itu, jadi saya mencari buku yang berkaitan dengannya.” jawabku asal.

“...tertarik? Sungguh?”

Liam berbalik menghadapku, “Aku kaget, tak ku sangka tunanganku akan menusuk dari belakang seperti ini.”

Aku sudah sangat panik karena asal bicara sebelumnya, khawatir buku yang ku iyakan sejenis taktik merebut kekuasaan. Tapi saat aku membaca judul buku yang Liam pegang, aku sedikit tersedak ludah.

‘1001 cara menyampaikan cinta padanya’

“Judul yang menarik, dikatakan disini saat rasi bintang—” segera aku rebut buku itu sebelum Liam membaca lebih jauh isinya.

“S-saya hanya membacanya karena bosan, kok! Tidak ada maksud lain!” kupeluk buku itu erat dengan wajah yang memerah.

“Mau kau pinjam?” dan aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Rasanya aku ingin segera pergi dari situasi memalukan ini.

“Kalau begitu, aku akan membantumu membuat kartu perpustakaan.”

“Kenapa?”

“Aku cuma ingin dengar ucapan terima kasih darimu.”

Dan saat kalimat itu terlontar aku tak bisa menahan diri untuk menampilkan ekspresi geli.

I'm just his friends [ 2MIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang