Chapter 10

273 36 3
                                    

Seungmin's POV

“.....”

“.....”

“M-maksudnya stroberi!” aku berujar panik.

Gila, kau benar-benar sudah gila Sean Sweeney. Dia tidak akan salah paham kan? Padahal maksudku bukan seperti itu!

Kulihat Liam tidak banyak bereaksi dan masih dengan tenang memakan stroberi terakhir dalam keranjang sambil berkata, “Tidak kusangka kau sebegitu sukanya pada stroberi.”

“Pokoknya, terima kasih karena sudah memberiku stroberi yang lezat ini.”

“Syu-syukurlah! Saya senang anda menikmati stroberinya.” kali ini aku berterima kasih padanya karena tidak mengejekku tentang hal memalukan tadi.

“Kau akan kembali ke asrama kan? Aku akan mengantarmu.”

“Ya? Tapi saya bisa pergi sendiri kok.”

“Lihat keluar jendela, bagaimana caranya kau kembali tanpa menggunakan payung.”

Aku melihat ke arah jendela, hujan rupanya masih turun dengan derasnya bahkan setelah kelas selesai.

“Gampang. Saya bisa pinjam payung seseorang.”

“Ide bagus. Seseorang itu ada di sini.” Liam mengeluarkan payung miliknya dan menunjukkannya kepadaku.

Kurasa tidak ada lagi alasan untuk menolak.

“....Terima kasih kalau begitu.”

• • •


Selama perjalanan menuju pintu keluar gedung kelas, banyak murid yang menyapa Liam. Liam pun menanggapi sapaan mereka dengan ramah. Entah itu hanya menyapa atau berterima kasih atas stroberi yang tadi ia bagikan.

“Anda sangat populer, ya” celetukku.

“Malah aneh kalau aku tidak populer.”

Oh?

“Rupanya... Anda sudah berdamai dengan hal itu.”

Dalam kisah aslinya, Liam sangat membenci popularitas maupun atensi yang ditujukan padanya hanya karena statusnya sebagai calon penerus kerajaan. Itu juga alasan ia selalu menyendiri dan menjauhi keramaian.

“Sudah sejak lama.” Liam membuka payung miliknya.

“Sebenarnya, hal seperti ini bukanlah sesuatu yang bisa aku kompromikan.”

Liam menarik tubuhku mendekat sembari merangkul pundakku. Mungkin agar kami tidak kebasahan di bawah naungan satu payung yang tidak terlalu besar ukurannya.

“Tapi, aku belajar banyak dari Sean.”

Kami lanjut berjalan di bawah guyuran hujan menuju gedung asrama.

“Aku tahu betul bahwa situasi keluarga Sweeney tidak selalu baik. Tapi kau tidak pernah mengeluh dan terus melangkah maju ke depan.”

Mengeluh...

Remaja tanggung yang sudah hampir tak ku ingat lagi sosoknya itu*, dulu punya banyak hal yang ia keluhkan. Dia tak punya apa-apa, selalu iri pada orang lain juga menghabiskan waktunya dengan bermimpi untuk miliki hal-hal yang tidak ia punya.

Jika dibandingkan dengan kehidupan yang kujalani selama ini sebagai seorang Sean Sweeney...

“....Saya tak punya alasan untuk mengeluh. Karena saya selalu dikelilingi oleh hal-hal baik.” aku menanggapi perkataan Liam.

“Begitu ya.”

Hujan turun semakin deras, maka Liam mengajakku untuk melangkah lebih cepat sebelum kebasahan.

I'm just his friends [ 2MIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang