Chapter 11

236 35 0
                                    

Seungmin's POV

“Kertas dan tinta yang dijual oleh osis sudah habis terjual!” aku memberitahu sembari menempelkan kertas pengumuman.

“Efek takhayul itu hebat juga rupanya.” ucap Felix.

Di akademi, ada takhayul yang dipercaya saat masa ujian tiba. Jika belajar menggunakan tinta dan kertas yang dijual oleh osis, maka ujiannya akan berjalan dengan lancar.

Karena itulah, saat ini kami sedang berkumpul di ruang osis untuk menentukan siapa yang akan pergi membeli persediaan tinta dan kertas yang sudah habis terjual.

Tadinya aku sangat bersemangat, namun siapa sangka yang terpilih malah aku dan Liam? Sepertinya aku benar-benar sial. Padahal aku sedang tidak ingin terlibat hal apapun dengannya untuk sementara waktu.

Akhirnya, mau tidak mau aku dan Liam berjalan keluar dari akademi untuk pergi ke toko langganan osis.

“Kalau dipikir lagi, ada baiknya aku yang terpilih. Jika aku keluar, secara otomatis pengawalku akan mengikutiku jadi keselamatanmu sudah pasti terjamin.” Liam memutus keheningan diantara kami.

“Pengawal anda?”

Padahal yang aku dengar orang asing dilarang memasuki akademi.

“Saat aku keluar, entah kenapa dia selalu tahu dan mengikutiku. Padahal aku sudah berkali-kali mengecohnya tapi malah berakhir gagal.”

“Lalu sebenarnya, aku tidak ingin mengatakan ini tapi dia juga ingin bertemu denganmu.” lanjutnya.

“Kenapa?”

“Karena dia tipe lelaki sampah yang digandrungi banyak lelaki maupun perempuan. Jadi saranku, jangan pernah habiskan waktu hanya berdua dengannya.” aku bisa melihat raut tidak suka pada wajahnya.

Wah~ Saya tidak menyangka bahwa Yang Mulia ini tipikal orang yang gemar membicarakan seseorang di belakang punggungnya.”

Seseorang menginterupsi percakapan kami. Orang itu berjalan mendekat lalu berlutut di hadapanku.

“Lama tidak bertemu, Sean dari rumah kaca.”

“Sam...!”

Orang yang baru saja datang tadi rupanya adalah pengawal pribadi Liam yang bernama Samuel. Kami memang sering bertemu dulu, terutama saat Liam berkunjung ke rumahku. 'Sean dari rumah kaca' adalah nama panggilan yang ia buat untukku.

Konon, para kesatria yang akrab memanggil satu sama lain dengan nama panggilan yang mewakili dirinya masing-masing.

“Tolong berdiri, Sam.”

Bagaimana bisa seseorang yang di masa depan nanti akan menjadi seorang Count malah berlutut di hadapanku begini.

“Kau berhak diperlakukan dengan hormat seperti itu.” sela Liam.

“Tentu saja, anda sudah memiliki pencapaian yang sangat layak untuk dipuji.” Sam lalu bangkit berdiri sebelum kembali melanjutkan,

“Katanya begitu upacara penerimaan selesai, anda langsung mendepak Yang Mulia??”

Sam terbahak-bahak sambil menunjuk Liam, di lain sisi Liam hanya diam dengan wajah yang terlihat amat kesal.

“Waah, akhirnya tiba masa dimana Yang Mulia dicampakkan oleh seseorang.”

Karena Sam yang tidak berhenti tertawa, ia dan Liam malah berakhir dalam pertengkaran kecil. Apakah aku benar-benar bisa membeli tinta dan kertas jika terus seperti ini?

• • •

Saat ini kami sudah tiba di pusat perbelanjaan. Aku sempat kehilangan jejak dari Liam dan terkejut saat dia tiba-tiba saja muncul di belakangku menggunakan jubah yang biasa digunakan oleh seorang penyihir.

I'm just his friends [ 2MIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang