Chapter 18

257 28 3
                                    

Liam melepaskan pelukan Sean dan terkejut melihatnya juga banjir oleh air mata. Sembari mengusap air mata milik Sean Liam berkata.

“Aku tidak ingin membuatmu menangis.”

“Lebih baik dari menangis sendirian, kan?”

Liam kini tersenyum. “Kalau begitu, aku juga akan ikut menangis kalau suatu saat kau menangis lagi.”

“Kalau begitu, selanjutnya kita menangis bersama saja, ya?”

“Meski begitu, kuharap tak ada yang membuatmu mena—”

Belum selesai dengan kalimatnya, suara ketukan pintu kamar Sean terdengar. Sepertinya, itu adalah pelayan yang sebelumnya ia minta untuk menyiapkan pakaian ganti.

Dengan panik, Sean menarik Liam menuju kasurnya. Menyuruhnya untuk berbaring dan menutupinya dengan selimut juga beberapa boneka yang memang berada di kasurnya. Tak lupa ia juga menutup tirai kasurnya.

Sang pelayan pun akhirnya masuk dan membantu Sean untuk berganti pakaian.

“Kamarnya gelap sekali Tuan Muda. Apa perlu saya nyalakan penerangannya?”

“T-tidak perlu, memang sengaja aku matikan supaya aku bisa langsung beristirahat.”

“Kalau begitu biar saya bantu benahi kasurnya sebelum ditempati.” si pelayan melirik pada kasur yang terlihat penuh oleh tumpukan boneka yang berantakan.

“TIDAK! Maksudku— setelah ini langsung istirahat saja, aku juga akan begitu.”

Maka setelah pakaian Sean terganti, si pelayan pamit pergi dengan membawa pakaian kotor miliknya.

Sean berjalan mendekati kasur. Saat membuka selimut, dirinya mendapati Liam yang terpejam memeluk boneka anjing miliknya.

“Saya sudah pastikan tidak akan ada yang masuk kamar lagi. Lalu... jangan memeluk boneka saya seerat itu.”

“Tapi ini nyaman dan lembut...”

Sepertinya Liam sangat kelelahan. Tentu saja, pasti dia belum mendapatkan istirahat yang benar. Sean duduk di pinggiran kasur tempat Liam berbaring.

“Anda harus sudah bangun sebelum matahari terbit, ya.”

“Jangan khawatir, kalaupun aku tidak bangun Sam pasti akan menyeretku.

tunggu, aku tarik ucapanku barusan, aku tidak akan mengizinkan Sam memasuki kamarmu.”

“Kenapa tidak? Samuel baik, saya menyukainya.”

“Sepertinya aku baru mendengar hal yang tidak bisa diabaikan begitu saja.”

“Itu hal yang bisa—”

Liam dengan satu gerakan menarik lengan Sean, hingga yang lebih muda tubuhnya terjatuh tepat di atasnya.

“Tidak, aku tidak akan membiarkannya untuk malam ini.”

Sean tersenyum tipis, “Kalau mendengar apa yang akan saya katakan selanjutnya, sepertinya anda akan mengabaikannya.”

Liam menatap Sean bingung.

“Saya tidak akan memaksa.”

Liam sedikit bingung dengan penyataan Sean. Memaksa? Memaksanya? Atau apa?

“Kau tak pernah memaksaku untuk melakukan apapun.”

Sean membenarkan posisinya untuk berbaring dengan nyaman di samping Liam, saling berhadapan.

“Pernah, saat saya membuat batasan hubungan di antara kita.”

Liam sempat diam sebelum kembali berkata. “Memangnya tidak masalah? Kau bilang tidak ingin ada yang salah paham kan?”

I'm just his friends [ 2MIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang