Chapter 13

213 39 5
                                    

“Oh itu.. Saya ingin menyampaikan terima kasih.”

“Terima kasih?”

“Iya. Kemarin kan, Chris meminjamkan catatannya pada saya.”

Liam bangkit berdiri sembari berkata, “Dia pasti ada di kamarnya. Dia bukan tipe orang yang gemar berkeliaran.”

“Iya, saya juga tahu itu.”

“Lalu kenapa kau mencarinya hingga ke rooftop?”

“Kendati Chris yang memberikannya, saya tahu betul bahwa anda lah yang sebenarnya menuliskannya.”

Liam sendiri terdiam dengan ekspresi tidak tertebak. Terkejut? Senang? Malu? Entahlah, tapi yang pasti sebelah tangannya bergerak menutupi mulutnya seolah memastikan agar Sean tidak bisa membaca ekspresinya saat ini.

“....Padahal aku cukup percaya diri dalam meniru tulisan orang lain.”

“Tulisannya memang sangat mirip, tapi bagaimana pun saya tetap akan tahu bahwa itu adalah ketua.

Oleh karena itu, saya benar-benar ingin berterima kasih. Saya tidak tahu harus bagaimana tanpa catatan itu.”

Liam memegang tengkuknya dan mengalihkan wajah miliknya yang kini dipenuhi semburat merah.

“Aku senang jika bisa membantu temanku. Lalu... Aku sungguh minta maaf untuk kejadian tempo hari. Aku tidak memikirkan posisimu.”

'tempo hari'?

Sean tampak memasang wajah kebingungan, diiringi dengan ekspresi berpikir keras.

“Saya tidak paham, memangnya anda punya salah apa pada saya?”

“Sean...”

pfftt—”

Sean tertawa terbahak-bahak.

“Saya hanya bercanda!”

“Tapi sungguh, anda tidak perlu sebegitunya merasa bersalah. Saya tidak apa-apa kok.” lanjutnya.

Sean melangkah maju mendekati Liam. Kedua tangannya meraih sebelah tangan milik Liam lalu menggenggamnya.

“Lihat? Bahkan berpegangan tangan seperti ini juga tidak masalah!”

“Begitukah? Kalau begitu, tolong beritahu aku batasan yang wajar bagimu itu seperti apa.”

Sean kini berpikir dengan serius. Pikirnya bagus jika Liam mau mempertimbangkan apa yang menjadi batasan bagi dirinya. Dengan begitu hal seperti sebelumnya tidak akan terjadi lagi bukan?

Saat masih berpikir, Liam menarik tangan Sean dan menautkan jemarinya di antara jemari milik Sean.

“Kalau seperti ini, tidak masalah?”

“T-tentu saja ini berlebihan bukan??”

“Tapi tadi katanya berpegangan tangan tidak masalah?”

“Iya tapi yang biasa saja!”

“Maksudnya begini?”

Liam melepaskan tautan jemari mereka dan menggenggam tangannya seperti biasa.

“Nah, seperti ini tidak masalah.” jelas Sean.

“Lalu? Apalagi?”

“Hm? Maksudnya bagian lainnya?”

Sean lalu kembali berpikir, bagian tubuh mana yang sekiranya masih wajar untuk dipegang? Bahu? Kepala? Atau wajah...?

TIDAK!

Semakin Sean bayangkan, malah semakin banyak pula kemungkinan adegan mesra antara dirinya dengan Liam terjadi. Mungkin ia harus menjadikan berpegangan tangan sebagai batasan maksimal.

I'm just his friends [ 2MIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang