Flashback on
Sebenarnya, Liam dan Chris tidak tumbuh besar bersama sejak lahir. Untuk sekian waktu, Chris tidaklah sesering itu mengunjungi istana. Baru ketika diputuskan bahwa Chris akan menjalani pendidikan bersama dengan Liam, Chris sering mengunjungi istana.
“Ini putra saya Chris, apa anda ingat?”
“Tentu saja paman, mana mungkin saya lupa pada satu-satunya sepupu yang saya miliki.”
“Selama ini dia besar di wilayah duke, tapi mulai saat ini ia akan tinggal di ibukota untuk sementara waktu. Chris juga akan menerima pendidikan yang sama dengan Yang Mulia.”
Mendapatkan sinyal tepukan dari ayahnya, Chris membungkuk hormat di hadapan Liam dan memberi salam. “Nama saya Christopher Hillard, Yang Mulia.”
Liam sedikit kelabakan saat itu. Maksudnya, mereka kan sepupu. Hanya ada Liam, Chris, dan ayahnya saat itu. Mereka bahkan tidak sedang dalam situasi formal apapun. “Tidak perlu se-formal itu kepadaku!” ujarnya.
“Darah suci yang mengalir dalam tubuh anda sangatlah jauh berbeda dari anak ini. Jadi sudah sepantasnya anda dihormati seperti ini olehnya.”
“....baiklah.”
Waktu berlalu, Liam dan Chris pun mulai menjalani pendidikan yang sama dengan guru dari berbagai bidang yang memang sengaja dipanggil ke istana untuk mengajar.
“Ada satu premis paling besar dalam hukum suksesi ini, apa anda berdua pernah mendengarnya?”
“Iya!” jawab Liam yakin. Ia lalu menoleh pada Chris yang hanya diam sembari memainkan quill dalam genggamannya.
Terkadang Liam heran, kenapa Chris selalu pura-pura tidak tahu disaat Liam yakin bahwa dia tahu jawabannya.
“Kalau begitu apa Yang Mulia bisa menjawabnya?”
“Hanya orang yang bisa membuktikan diri sebagai keturunan Crond lah yang berhak menjadi pewaris tahta, itu suatu syarat mutlak.”
“Tepat sekali! Ada sebuah permata yang disebut dengan matav. Permata matav ini hanya akan bersinar saat disentuh keturunan asli Crond.” jelas guru kami.
“Karena pangeran Chris juga memiliki darah Crond, anda juga pasti bisa membuat batunya bersinar—”
“Saya tidak perlu membuktikannya!” Chris berseru nyaring. Kepanikan dan kecemasan terpancar jelas pada wajah Chris.
Hingga dengan canggung, guru mereka pun mengakhiri kegiatan belajar pada siang hari itu. Selanjutnya, Liam dan Chris harus menghadiri kelas memanah pertama mereka. Pelatih berkata, untuk pertemuan pertama tidak akan ada sistem skor. Setelah menjelaskan secara singkat bagaimana cara menggunakan anak panah, mereka bisa mencoba memanah dengan bebas untuk membiasakan diri.
Chris mulanya hanya diam, namun saat mencoba memanah, dia berhasil menembakkannya tepat sasaran. “Hebat sekali, Chris!” puji Liam.
Di sisa hari itu untuk pertama kalinya Liam melihat Chris banyak tersenyum. Sepertinya, dia sangat menyukai agenda memanah ini.
“Aku juga tidak boleh kalah!”
Liam turut mencoba, namun sayang karena anak panahnya bahkan tidak dapat mengenai papan sasaran. Chris tertawa lepas di samping Liam, yang mana membuat dirinya terkejut karena selama ini ekspresi Chris si sekelilingnya selalu murung.
Setelah kegiatan memanah hari itu, mereka makan camilan dan berbincang banyak. Pelatih memberikan anak panah pertama yang berhasil Chris lesatkan pada mereka, Liam pun meminta Chris menyimpannya karena merasa sepupunya itu lebih pantas memilikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm just his friends [ 2MIN ]
FanfictionApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba terbangun dan menjadi salah satu tokoh dalam novel yang pernah kau baca? Tidak cukup sampai situ nasib sialku karena ternyata aku menjadi tokoh antagonisnya! Dengan cermat ku susun rencana untuk menjauhi toko...