Seungmin's POV
Aku putuskan untuk berdiam diri di dalam rumah kaca. Tempat yang selalu berhasil menenangkanku, juga untungnya cukup jauh dari tempat pesta diselenggarakan sehingga tidak terlalu terdengar suara bising.
Aku lalu duduk dan sejenak memejamkan mata. Tadi, aku cukup yakin bahwa Peter tidak menggunakan pakaian yang aku pinjamkan padanya. Kalau tidak salah ingat, itu adalah pakaian yang ia pakai dalam novel. Ku hela napas panjang.
“Baguslah, pada akhirnya ia tetap bisa mendapatkannya. Lagipula baju itu memang lebih bagus dari milikku...”
“Ternyata benar kau ada disini.”
Sebuah suara menginterupsi lamunanku. Aku menolehkan kepalaku ke belakang, tepatnya ke arah dimana pintu masuk berada. Sosok lelaki yang mendekat padaku tidak terlihat begitu jelas karena gelap, efek rumah kaca yang memang hanya mengandalkan pencahayaan dari bulan.
“Ketua osis?”
Semakin dekat dengan kursi yang ku tempati, kini aku mengenali sosok itu sebagai Liam. Dalam diam ia mengulurkan tangannya, memegang sebelah pipiku. Ibu jarinya perlahan mengusap bawah mataku. Apakah dia sedang memastikan aku menangis atau tidak?
Dengan sedikit canggung aku berdiri dan menjauhkan wajahku darinya, “Heee... Ketua, apa anda khawatir pada saya?” aku bergurau untuk mencairkan suasana.
Di lain sisi Liam, dengan wajah yang terlihat sedih bercampur khawatir menjawab pertanyaan asalku.
“Tentu saja aku khawatir... Aku pikir kau akan menangis.”
“Hal seperti itu tidak akan terjadi, kok.” jawabku.
“Ternyata tunanganku orang yang sangat pemaaf dan pengertian.”
Apa dia sengaja memanggilku dengan sebutan itu sebagai balas dendam atas tindakanku yang menghentikannya tadi pagi?
Liam lalu mengulurkan tangannya lalu berkata, “Kemarilah.”
“...Apa?”
“Apa kau lupa kalau aku adalah guru dansamu yang luar biasa?”
“...Anda sedang mengajak saya untuk berdansa?”
“Benar.”
Bisa-bisanya dia mengajakku berdansa dengan sikap seperti itu. Aku menghela napas sembari memainkan jemariku.
“Saya bersedia, tapi apa saya bisa meminta satu hal?”
“Apa itu?”
“Saat liburan nanti, ketika anda bertemu dengan orang tua saya, apakah anda bisa mnegatakan bahwa saya berdansa dengan elegan di akademi?”
Dengan senyum yang merekah Liam menjawab, “Tentu saja aku akan berkata begitu. Tapi hanya jika kau benar-benar berdansa dengan elegan.”
Sambil menatap Liam, kusambut uluran tangannya.
Meski tau aku tidak boleh menyambut tangan ini... Aku tetap melakukannya. Apa aku begini karena indahnya cahaya bulan di langit malam ini?
Liam menautkan jemari kami lalu menarik tubuhku untuk mendekat padanya. Ia lalu melingkarkan sebelah tangannya di pinggangku saat tanganku yang satunya singgah di pundaknya.
“Ah...”
“Hm?”
“Tidak ada lagu pengiring dansa...” sebenarnya apa yang baru saja aku katakan?
“Memangnya itu penting?”
Liam pun menuntunku untuk memulai dansa. Kami berdansa tanpa diiringi musik apapun. Hanya mengikuti alur yang sama-sama kami rasakan dari dalam hati, tidak lupa diiringi oleh sinar rembulan yang memasuki rumah kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm just his friends [ 2MIN ]
FanfictionApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba terbangun dan menjadi salah satu tokoh dalam novel yang pernah kau baca? Tidak cukup sampai situ nasib sialku karena ternyata aku menjadi tokoh antagonisnya! Dengan cermat ku susun rencana untuk menjauhi toko...