Chapter 17

193 33 0
                                    

Seungmin's POV

Angin malam perlahan mengusap tubuhku yang diam terpaku menatap hamparan gemintang berkilau menyinari langit gelap gulita.

Aku tidak pernah tahu langit malam bisa terlihat secantik ini dari rooftop asrama.

Rooftop...

Ini adalah tempat yang sama di mana aku meminta Liam menyembunyikan hubungan kami dan menjaga jarak denganku.

“Kita sangat beruntung, ku kira hari seperti ini tidak akan pernah datang karena langit selalu tertutupi oleh awan.” Liam memecah keheningan.

“Anda sering datang kemari?”

“Hampir setiap hari? Aku suka di sini.”

“Dan ini pertama kalinya anda melihat langit seperti ini?”

“Benar, itu sebabnya aku membangunkanmu dan mengajakmu kemari.”

“Terima kasih banyak sudah mengundang saya di pertemuan pertama anda yang sangat bersejarah dengan langit indah ini. Sudah lama sejak terakhir kali saya melihat bintang secantik ini.” aku tersenyum sembari mengucapkan terima kasih pada Liam.

Sempat ada hening di antara kami sebelum Liam kembali berceletuk perihal kekhawatirannya akan hubunganku dengan Jean. Aku pun menjelaskan bahwa kami tidak pernah sungguh-sungguh bertengkar. Itu hanya bagaimana cara kami bercengkrama dan berteman sebagai teman satu angkatan.

Karena, aku pikir Liam khawatir melihat kami yang tak pernah berhenti bertengkar. Namun rupanya, yang Liam khawatirkan adalah hal lain.

“Maksudku, yang aku khawatir adalah kau dekat dengan Jean dalam konteks romansa.”

“Maaf tiba-tiba membahasnya, akhir-akhir ini aku terlalu sering bergelut dengan batinku. Padahal aku sudah berjanji akan memberimu kebebasan selama satu tahun.”

“Anda pasti kesulitan.”

“Tidak masalah, aku sudah cukup puas masih bisa berada di sampingmu seperti ini.”

Ada denyut tidak menyenangkan pada hatiku saat mendengar perkataan Liam. Aku bahkan sudah tidak sanggup untuk mengangkat kembali kepalaku. Ada perasaan yang menyeruak dan memaksaku untuk mengakuinya.

“Sean kau baik-baik saja?”

Nada yang Liam keluarkan terdengar gemetar, seperti dipenuhi kekhawatiran. Jemarinya sedikit menangkup paksa pipi ku dan memperlihatkan wajahku yang saat ini sudah sepenuhnya memerah juga dibanjiri air mata.

Benar, mari akui saja. Aku menyukai si tokoh utama yang selalu aku hindari ini. Meski tak tahu apakah aku menyukainya karena aku adalah seorang Sean Sweeney yang ada di dalam cerita atau bukan.

Tapi, aku tahu pasti tentang satu hal.

Ku kalungkan kedua lenganku di lehernya. Mata kami bertemu, ada suasana tegang mengisi udara sebelum aku terdorong oleh dorongan perasaan yang tak terungkapkan, mencapai keberanian untuk menarik Liam mendekat.

Tidak peduli dengan wajahku yang basah oleh air mata, ku pejamkan mata kala merasakan bibir kami bersentuhan.

Hanya sekejap, tubuh yang sempat terdiam kaku di hadapanku kini melingkarkan tangannya di pinggangku. Menarik tubuhku agar semakin dekat, menyambut ciuman berantakanku dengan lembut.

Setelahnya aku sedikit menjauhkan diri. Otomatis membuat ciuman kami pun terlepas. Namun, Liam tidak membiarkanku menjauh dan malah menarikku ke dalam pelukan hingga wajahku tenggelam pada dada bidang miliknya.

Detak jantung Liam, ada rasa campur aduk saat mendengar debaran yang tidak bisa berbohong itu. Bukan hal yang mustahil jika suatu saat nanti jantung ini tak lagi berdebar untukku.

I'm just his friends [ 2MIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang