Chapter 8

193 41 5
                                    

Seungmin's POV

“Jangan pergi.”

Aku tau seharusnya aku segera mendorong Liam dan pergi dari sini. Tapi entahlah... Kenangan kami semalam membuatku merasa tidak tega untuk terus-terusan kabur dari Liam disaat aku sadar betul, bahwa setidaknya hingga detik ini dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun padaku.

“Baiknya... Kau sungguhan tidak kabur lagi.” aku dengar Liam yang masih memejamkan matanya di pundakku bergumam.

“Itu karena saya berhutang budi pada anda.”

“Oh, begitu ya...”

Kembali ku buka daftar nama dalam genggamanku untuk memastikan lalu bertanya, “Jadi kenapa nama anda ada dalam daftar siswa yang memerlukan bantuan?”

Liam akhirnya mengangkat kepalanya dari pundakku.

“Karena rasanya semakin sulit untuk memintamu menemuiku. Aku juga tidak bisa memintanya secara langsung. Jadi ku putuskan untuk memakai cara lain, salah satunya dengan memasukkan namaku seperti ini.”

“Padahal anda bisa meminta tolong secara langsung.”

“Aku... Hanya berharap agar kau tidak salah paham.”

“...Terima kasih telah mempertimbangkan sudut pandang saya.”

“Kalau begitu, artinya aku boleh terus meminta bantuanmu?”

“Kalau terus-terusan sih namanya keterlaluan.” aku masih tersenyum meski dalam hati setengah kesal.

“Aku paham. Maksudku, meminta tolong dalam jangka waktu yang panjang.”

“Akhirnya anda memilih pilihan kata yang tepat.”

Saat dirasa Liam sudah sepenuhnya terbangun, aku pun sedikit menjauhkan tubuhku dari tubuh Liam.

“Apa anda sudah benar-benar terbangun sekarang?”

“Sedikit. Tapi, ini mengingatkanku pada masa pertama kali kita bertiga tidur bersama saat kecil di taman.”

Bagaimana mungkin aku lupa? Bertiga yang Liam maksud adalah aku, dia dan juga Chris.

“Saya juga masih ingat. Tapi bedanya, waktu itu anda jelas memakai baju.”

“Tentu saja aku harus pakai baju, aku ini pria yang tahu tata krama. Karena itu... Tolong tutup matamu.”

Eh?

Buru-buru aku tutup kedua mataku, khawatir akan melihat sesuatu yang tidak seharusnya aku lihat. Selama menutup mata, yang aku dengar hanya suara sibakkan selimut, Liam yang bangkit dari kasur dan gemerisik kain. Aku jadi makin penasaran sejauh apa Liam biasa membuka bajunya saat hendak tidur.

“Sean Sweeney.”

“Ya?”

Reflek ku buka mataku hanya tuk dapati pemandangan Liam dengan kancing kemeja yang masih terbuka sepenuhnya. Buru-buru aku menutupi wajah dengan tanganku.

“Kau melihatnya ya?”

T-tidak! Saya hanya terkejut karena dipanggil.”

“Kenapa harus terkejut? Harusnya aku yang terkejut, karena hampir kehilangan kesucianku.”

“Anda ini bicara apa! Saya kan hanya melihat kemeja yang belum dikancingkan.”

“Jadi kau benar melihatnya ya.”

“.....”

Sebenarnya kenapa pula aku malah berlama-lama diam di kamar Liam? Hingga mengalami kejadian memalukan seperti ini...

I'm just his friends [ 2MIN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang