Dokter Dimas memasuki ruangan Seylla dengan senyum ramah nya. Terlihat sepasang dua kakak beradik itu sedang duduk sembari mengobrol ringan. Dengan Jeffry yang sedang mengupas buah apel, lalu menyuapkan nya ke arah mulut Seylla. Sungguh pemandangan yang sangat manis.
"Hallo Seylla.... Gimana keadaan kamu sekarang??"tanya dokter Dimas seraya mengecek infus Seylla.
"Aku baik kok, Dok. Kapan boleh pulang??"
Seketika raut wajah dokter Dimas menjadi sendu, padahal tujuan dia datang ke sini untuk menyampaikan hasil pemeriksaan Seylla kemarin.
Seylla mengerjap-ngerjapakan matanya beberapa kali saat melihat wajah sang dokter berubah murung "dokter kenapa??"
Dokter Dimas tersenyum manis seraya menggelengkan kepala nya pelan "saya nggak papa. Tapi, sebenarnya saya datang kemari untuk menyampaikan hasil pemeriksaan Seylla kemarin"
Dokter Dimas dan juga Jeffry saling pandang, Seylla juga ikut bergantian menatap dokter dan juga kakak nya itu. Seperti nya ada yang tidak beres.
"Apapun hasilnya, diomongin di sini aja. Seylla juga pengen tau hasilnya gimana Dok"celetuk Seylla membuat dokter dan juga kakaknya itu menoleh ke arah nya.
"Seylla, kamu jujur sama saya. Sejauh ini apa yang sering kamu rasakan terhadap tubuh kamu??"tanya dokter Dimas serius.
Seylla melirik ke arah Jeffry yang juga sedang menatap nya, dia menghela nafasnya sebelum menjawab "Seylla ngerasa perut Sey nyeri Dok, terus juga badan Seylla jadi gampang capek. Tapi beberapa hari kebelakang kayak nya Seylla juga suka sesak nafas gitu, kaki Seylla juga bengkak dikit"
"Seylla, saya sudah pernah menjelaskan dari awal kan, bahwa penyakit liver yang kamu alami itu berada dalam tahap fibrosis hati, jika penanganan nya terlambat bisa berkembang menjadi sirosis hati lalu terakhir bisa menjadi kanker hati kan??"jelas dokter Dimas yang dijawab oleh Seylla hanya anggukan kepala mengerti.
"Saya harus menyampaikan ini, menurut hasil pemeriksaan kamu kemarin. Fibrosis hati kamu sudah berkembang menjadi sirosis hati, yang artinya sudah dalam tahap yang cukup serius"
Bagi disambar petir di siang bolong, Jeffry melotot mendengar penuturan kata yang dokter Dimas katakan. Begitu juga dengan Seylla.
"Tapi kamu jangan takut ya?? Pengobatan itu masih ada, kemungkinan untuk sembuh juga masih ada"
Jeffry menggenggam tangan Seylla sangat erat, berusaha menyalurkan kekuatannya, sementara Seylla masih diam, masih berusaha mencerna semua kata-kata yang dokter Dimas katakan.
"Jangan sedih, jangan terlalu dipikirin, nanti kondisi kamu bisa drop. Ada dokter Dimas disini, ada Bang Jeffry juga, sama ada temen kamu juga yang tadi disini. Itu siapa ya nama nya??"
"Eza..."balas Seylla pelan.
"Dia cerewet banget ya anak nya. Tadi sebelum kamu bangun dia nanya-nanya terus sama saya, katanya kapan Seylla bangun, gimana keadaan Seylla. Khawatir banget dia sama kamu"
Dokter Dimas bersusah menenangkan Seylla, dia tahu Seylla sangat syok. Namun, cerita tentang Eza itu memang benar. Sebelum pamit pulang tadi, Eza terus bertanya perihal sakit Seylla pada dokter nya itu.
"Dia mah udah kayak pacarnya Seylla, Dok"sahut Jeffry yang langsung di hadiahi tatapan tajam Seylla.
"Waduh...... Jadi anak itu saingan saya nih??"tanya dokter Dimas bercanda seraya terkekeh pelan.
"Dok, terus sekarang Seylla gimana??"tanya Seylla yang sedari tadi hanya diam.
"Kondisi kamu sekarang sudah mulai stabil kok, cuma harus banyak istirahat. Kamu nggak boleh capek-capek. Nah, buat kedepannya juga, jangan melakukan aktivitas yang bikin kamu kecapean, ok??"
KAMU SEDANG MEMBACA
dear li'l sister [ On Going ]
Short Story[ FOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA ] terkadang manusia hidup seperti air. ya, walaupun harus terjun bebas dari atas tebing dan terbagi menjadi butiran-butiran yang lebih kecil. tapi tak sekali pun ada yang pernah menilai seberapa kuat atau rapuh nya...