Seylla sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa, keadaan nya memang stabil. Tapi, setalah pengambilan sampel darah, Seylla kembali tertidur akibat obat yang disuntikkan oleh dokter melalui cairan infusnya. Dan mereka harus menunggu hasil dari laboratorium keluar, setidaknya dua hari ke depan.
Jeffry terduduk di kursi samping ranjang Seylla, menatap adik nya dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Dia lega karena Seylla baik-baik saja, tapi disisi lain dia juga khawatir dengan hasil tes Seylla.
Seylla memang suka sekali mengeluh sakit perut, yang dia tahu memang Seylla mempunyai penyakit maag. Tapi entah mengapa akhir-akhir ini bukan hanya sakit perut saja yang Seylla rasakan. Anak itu menjadi mudah lelah dan juga sering mengeluh sakit kepala.
Jeffry menatap langit-langit kamar rumah sakit itu, mencoba menghalau air mata yang hampir saja lolos dari pelupuk mata nya. Kembali berada di dalamnya ruangan ini, kembali mengingatnya kepada sang Bunda yang juga berakhir di rumah sakit. Jujur saja, dia takut jika Seylla akan bernasib sama seperti Bunda nya.
Dia tidak akan pernah bisa membayangkan nya, bagaimana jika hal seperti itu benar-benar terjadi. Seylla, satu-satunya orang yang dia miliki di dunia ini.
Jeffry menggelengkan kepalanya ketika berbagai pikiran negatif itu muncul. Dia yakin adik nya itu baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sakit itu wajar, semua orang bisa sakit.
Jeffry bangkit, dan berjalan menuju sofa merebahkan tubuhnya di sana. Dia sedikit lelah, matanya merasa memberat dan perlahan tertutup sempurna.
Perlahan, mata indah yang menutup sempurna itu kembali terbuka. Dia melirik ke arah samping kanan nya, disana ada sang kakak yang tengah tertidur di atas sofa, sungguh posisi nya dilihat sangat tidak nyaman.
Seylla menghela nafas nya, dia pasti sangat merepotkan. Seylla sangat benci dengan rumah sakit, berbagai cara dia lakukan agar dia tidak akan sampai ke tempat ini, namun ternyata dia kalah. Dia menatap tangan nya yang tertancap infus, sungguh Seylla ingin pulang sekarang.
"Seylla, udah bangun??"
Jeffry mengucek matanya, suaranya serak khas orang bangun tidur. Dia berjalan menghampiri sang adik, lalu menarik kursi dan duduk disamping ranjang Seylla.
"Abang...... Seylla mau pulang....."gumam Seylla pelan.
Jeffry mengarahkan tangan nya ke atas dahi Seylla "tunggu sampe kamu baikan dulu ya?? Badan kamu masih anget, kamu masih demam"
Seylla mengendus kesal, dia benar-benar tidak suka dengan rumah sakit.
"SEYLLA!!"
"MY PRINCESS, YUHUUU"
"SEYLLA!! PANGERAN HEREE"
Baik Seylla maupun Jeffry langsung menoleh ke arah sumber suara, didapatinya ketiga sahabatnya sedang berdiri didepan pintu ruang rawat Seylla.
Mereka bertiga masuk dan langsung menghampiri Seylla yang masih bingung dengan kehadiran mereka.
"Kok lu pada bisa tau kalo gw masuk rumah sakit??"tanya Seylla dengan wajah polosnya.
"Gw telpon Lo berkali-kali tapi kagak diangkat-angkat, katanya Lo mau numpang wi-fi dirumah gw bareng sama upin-ipin"
"Sekalinya diangkat malah Bang Jepri yang ngomong, katanya Lo collapse terus dibawa ke rumah sakit"
Eza masih saja terus mendumel, jujur dia sangat panik saat kakak dari sahabat nya itu memberi tahu jika Seylla masuk rumah sakit.
"Lo kenapa sih Sey?? Gw kira lu beneran cuma masuk angin biasa aja kemaren, eh tau nya malah sampe drop gini"ucap Reno seraya duduk disamping kiri Seylla mulai bertanya, kepo juga dengan keadaan sang sahabat yang tiba-tiba drop.
KAMU SEDANG MEMBACA
dear li'l sister [ On Going ]
Cerita Pendek[ FOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA ] terkadang manusia hidup seperti air. ya, walaupun harus terjun bebas dari atas tebing dan terbagi menjadi butiran-butiran yang lebih kecil. tapi tak sekali pun ada yang pernah menilai seberapa kuat atau rapuh nya...