Eza mengusap-usap punggung yang tengah bergetar pelan, sudah dua puluh menit berlalu semenjak Seylla masuk ke dalam ruang IGD, sudah dua puluh menit pula mereka terduduk di kursi tunggu dengan perasaan gusar.
Jeffry masih setia menunduk, dia menangis dalam diam. Masih teringat jelas bagaimana raut wajah Seylla yang terlihat sangat kesakitan, masih sangat jelas tergambar wajah pucat Seylla dengan mata yang terpejam. Jeffry takut, bahkan sangat takut membayangkan jika mata itu tak akan terbuka kembali.
Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat, adiknya itu tak akan pernah pergi hanya karena penyakit sialan itu. Seylla itu anaknya kuat, melawan lima preman saja dia menang!!
Disampingnya, ada Eza yang terlihat sama kacau nya. Dia baru pertama kali melihat Seylla selemah ini. Di dalam pikiran dia bahkan masih terbayang ketika Seylla mencengkeram tangan nya begitu kuat, dia menjadi tahu seberapa sakit yang Seylla rasakan.
Jeffry menengadahkan wajahnya dan mengusap nya dengan kasar. Dia menghela nafasnya guna menghilangkan sesak yang masih tersisa di dadanya.
"Seylla pasti baik-baik aja Bang!!"
Eza kembali menepuk punggung itu, berusaha menyalurkan kekuatan yang dia punya untuk orang yang sudah dia anggap seperti kakak nya sendiri
Meraka kembali menunggu dalam diam, merapalkan doa di dalam hatinya masing-masing.
Fokus meraka berdua teralihkan ketika mendengar suara pintu ruangan yang terbuka, menampilkan dokter Dimas yang terlihat tersenyum ramah.
"Dokter, Seylla kenapa??"tanya Jeffry yang langsung menghampiri dokter tersebut.
"Ikut keruangan saya saja ya, biar saya jelaskan disana"ucap dokter Dimas dengan senyum ramah nya.
"Eza, Lo tunggu disini bentar ya"ucap Jeffry pada Eza kemudian berlalu pergi keruangan dokter Dimas.
Eza hanya mengangguk mengiyakan ucapan Jeffry, dia mengintip dari balik kaca yang ada di pintu. Mata Seylla masih setia terpejam, terlihat tangannya sudah tertancap infusan.
Sementara itu di ruangan dokter Dimas, Jeffry duduk dihadapan dokter muda yang terlihat sedikit lelah itu.
"Jadi gimana Dok??"tanya Jeffry tidak sabar.
"Sebelum kesini, apa Seylla ada keluhan lain selain di perut nya??"ucap dokter Dimas balik bertanya.
"Tadi Seylla sempet ngeluh sesak nafas Dok, padahal tadi pagi dia habis olahraga, naik sepeda bareng temen-temen nya, pas pulang juga dia baik-baik kok"jelas Jeffry setahu dirinya.
"Sudah saya duga, hal seperti ini pasti terjadi. Setelah saya periksa, Seylla mengalami penumpukan cairan diperutnya yang menyebabkan perut dan kaki nya menjadi sedikit bengkak. Makanya Seylla sempat sesak nafas, karena terjadi penekanan pada rongga dadanya"
"Kondisi nya menurun, mungkin nanti dosis obatnya saya naikkan. Seylla tidak boleh kecapean ya, kurangin aktivitas dia yang bikin tubuhnya lelah"
"Saya juga harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap Seylla, takutnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan"
"Maksud dokter??"tanya Jeffry tak mengerti.
"Saya sudah pernah bilang sama kamu, tahap fibrosis Seylla ini sudah lanjut, yang artinya jika penanganannya terlambat, maka bisa berlanjut menjadi sirosis hati. Salah satu ciri sirosis itu sendiri adalah adanya penumpukan cairan itu dan Seylla sudah mengalaminya"
Jeffry terdiam, apalagi ini??
Sirosis hati??
"Berdoa saja, semoga semua baik-baik saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
dear li'l sister [ On Going ]
Historia Corta[ FOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA ] terkadang manusia hidup seperti air. ya, walaupun harus terjun bebas dari atas tebing dan terbagi menjadi butiran-butiran yang lebih kecil. tapi tak sekali pun ada yang pernah menilai seberapa kuat atau rapuh nya...