Baru saja tadi malam Seylla bilang jika dirinya baik-baik saja, tiba-tiba pagi ini badannya Seylla terasa sakit. Bahkan, dalam satu jam terakhir, dia susah bolak-balik ke dalam kamar mandi hanya untuk memuntahkan isi perutnya yang bahkan belum terisi sama sekali. Tidak banyak yang keluar, namun rasa mual diperut nya belum juga hilang.
Sampai sekarang, dia masih bergulung dibawah selimut tebal nya. Dia tidak peduli jika nanti sang kakak masuk ke dalam kamar untuk membangunkan dirinya, mengingat sekarang sudah pukul jam setengah tujuh pagi, biasanya dia susah selesai mandi dan keluar kamar untuk sarapan.
Benar saja, tak lama setelah itu, terdengar suara pintu kamar Seylla terbuka. Jeffry masuk, bersiap untuk mengomeli sang adik yang masih asik di bawah pulau mimpi nya.
"Seylla, bangun..... Ini udah siang, Lo nggak mau sekolah?!!"
Seylla mendengar panggilan Jeffry tadi, namun dia hanya diam saja karena terlalu malas untuk menjawab nya. Jeffry menggeleng-gelengkan kepalanya melihat adik nya yang hanya diam saja, dia segera menarik selimut yang membungkus tubuh Seylla.
"Ayo bang---- SEYLLA?!!"ucap Jeffry kaget ketika melihat tubuh sang adik meringkuk.
Jeffry mendekat dan duduk disebelah sang adik "hei.... Kenapa??"
Jeffry mengusap rambut Seylla dan menyelipkan sehelai rambut yang menutupi wajah sang adik, rambut itu basah karena keringat. Jeffry menghela nafas nya ketika merasakan suhu badan Seylla menghangat.
"Perut nya sakit lagi, Hm??"tanya Jeffry lembut, adik nya itu hanya menjawab dengan gumaman pelan.
"Sini, telentangin badannya. Jangan ngeringkuk gitu, nanti malah tambah sakit"ucap Jeffry seraya membalikan tubuh sang adik sangat pelan, Seylla meringis dengan tangan yang masih bertengger di atas perut nya.
"Kita ke rumah sakit ya??"tanya Jeffry pelan.
Seylla menggelengkan kepalanya pelan "nggak mau, Bang. Seylla nggak papa"ucap Seylla pelan.
"Ya udah, tiduran yang bener. Abang ke dapur dulu ambil kompresan, badan kamu panas soalnya"ucap Jeffry seraya membenarkan posisi tidur Seylla, dan kembali menyelimuti tubuh adik nya.
Setelah selesai menyiapkan kompresan untuk sang adik, dia kembali ke kamar Seylla dengan kompresan di tangannya.
Dengan perlahan Jeffry meletakkan handuk kecil di kening Seylla. Adik nya itu tidak tidur, hanya memejamkan matanya untuk menghalau rasa sakit di kepala nya. Sesekali meringis ketika perut bagian atasnya itu terasa sakit, seperti diremas-remas sangat kuat.
"Kita kerumah sakit aja ya??"
Entah sudah berapa kali Jeffry menawarkan tawaran tersebut pada Seylla, namun bukan Seylla namanya jika tidak keras kepala. Adik nya itu kembali menggelengkan kepalanya tanda menolak ajakan sang kakak. Membuat Jeffry menghela nafas nya pasrah, melihat keadaan Adik nya.
"Ya udah, kalo nggak mau kamu tidur aja dulu. Abang bikinin sarapan dulu, biar kamu bisa minum obat. Hari ini nggak usah berangkat sekolah, biar Abang ijinin sama Eza"
Seylla hanya menganggukkan kepalanya pelan, dia ingin menjawab perkataan dari sang kakak tetapi tubuhnya begitu sangat lemas, hanya untuk membuka suara sekalipun.
Dia benci dengan tubuh nya yang lemah, padahal tadi malam dia merasa sehat, tapi pagi ini dia kembali tumbang. Karena rasa pusing nya yang tak kunjung menghilang, akhirnya Seylla memutuskan untuk tidur sembari menunggu sang kakak yang sedang menyiapkan sarapan.
Jeffry kembali masuk ke dalam kamar sang adik yang kembali gelap karena anak itu mengeluh pusing jika terkena cahaya lampu. Akhirnya Jeffry hanya menyalakan lampu tidur saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
dear li'l sister [ On Going ]
Short Story[ FOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA ] terkadang manusia hidup seperti air. ya, walaupun harus terjun bebas dari atas tebing dan terbagi menjadi butiran-butiran yang lebih kecil. tapi tak sekali pun ada yang pernah menilai seberapa kuat atau rapuh nya...