🍁05🍁

226 20 0
                                    

Pemakaman baru saja dilakukan tadi pagi. Sekarang, Arthur dan ketiga teman Seylla sedang berkumpul di rumah Jeffry. Menemani kakak dan adik yang sedang dirundung duka.

Dunia seakan ikut berduka, setelah pemakaman selesai. Tiba-tiba cuaca mendung datang dan tak lama hujan turun.

Sebagai anak sulung, Jeffry berusaha untuk terlihat kuat dihadapan sang adik yang masih terpukul akibat kepergian Erwin yang tiba-tiba.

Seylla tidak menangis histeris seperti waktu dirumah sakit kemaren, dia sudah mengikhlaskan sang Ayah. Namun setalah jasad Erwin dikebumikan, Seylla hanya diam dengan tatapan mata yang kosong. Padahal ketiga teman nya masih setia menemani, dan masih berusaha menghibur Seylla.

"Ayah udah ketemu sama Bunda, padahal gw yang kangen banget sama Bunda. Gw juga pengen ikut ketemu Bunda"

Seylla tersenyum sendiri menanggapi omongan nya sendiri.

"Lo nggak boleh gini...... Om Erwin udah tenang disana. Jangan sedih terus, Om Erwin juga bahagia pergi nya"

Eza mengelus punggung Seylla pelan, terakhir kali Seylla menunjukkan sisi rapuh nya itu saat sang Bunda berpulang tiga tahun yang lalu. Dan hari ini, Erwin juga berpulang menyusul Luna.

"Shhhhhh......"ringis Seylla kala rasa nyeri di perut nya datang kembali.

Seperti nya lambung nya berulah lagi, wajar saja karena Seylla bahkan tidak memikirkan apa yang dibutuhkan di dalam perut nya itu sejak kemaren.

Seylla menunduk dalam seraya mencengkeram kuat perut nya, bibir nya dia gigit kuat-kuat untuk menahan rasa sakit yang menyerang lambung nya. Bahkan sekarang ulu hati nya juga terasa sangat nyeri.

"SYELLA!! LO KENAPA??"

Teriakan panik dari Eza yang sangat nyaring sontak menarik perhatian orang yang berada disana. Termasuk Jeffry yang sedang duduk di ruangan depan, sekedar menemui orang terdekat yang masih berdatangan untuk melayat.

"Perut gw sakit banget"balas Seylla pelan masih dengan posisi yang sama.

"SEYLLA!!"pekik Jeffry mengambil alih posisi Eza yang tadi nya merangkul Seylla.

"Sakit lagi ya?? Kamu sih dari kemarin di suruh makan susah banget, kita ke kamar aja ya??"

Seylla yang masih meringis menahan sakit itu hanya menganggukkan kepala nya. Jeffry bangkit merangkul Seylla menuju kamar, lebih baik adik nya itu istirahat lebih dulu.

"Kalian tolong tunggu disini, ya. Temenin Arthur didepan, kayak nya masih banyak orang yang datang"

"Iya Bang"

Sesampai nya dikamar, Jeffry membaringkan tubuh Seylla di atas kasur. Mata nya beralih menatap tangan Seylla yang masih setia mencengkeram erat perut nya.

Jeffry mengambil alih tangan Seylla "jangan di teken terus, nggak bakal ilang juga sakit nya"ucap Jeffry, dia memijit pelan perut Seylla agar sang adik merasa lebih nyaman.

"Makan ya?? Dari kemarin kamu belum makan bener"

Seylla menggelengkan kepala nya pelan "nanti aja Bang, perut Sey nggak enak banget"

Jeffry masih setia memijit perut Seylla, serangan seperti ini bukan sering terjadi sekali dua kali.

"Bang, Ayah seneng ya udah ketemu sama Bunda. Sekarang kita cuma berdua, kita cuma punya satu sama lain"

"Kamu nggak usah takut, ada Abang disini. Kamu adik Abang, kamu itu tanggung jawab Abang. Sekarang Ayah udah nggak ada, Abang bakal semampu Abang buat jadi Ayah sekaligus Ibu buat kamu"

dear li'l sister [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang