[07] Berbanding Terbalik

1.6K 214 82
                                    

Ann meremas jemarinya tegang. Sedari tadi, ia terus menundukkan kepala, mengarahkan pandangan pada ujung sepatu kulit berwarna hitam milik papanya. Takut, sekedar untuk menatap mata pria itu.

Kini, gadis itu hanya bisa pasrah. Orangtuanya—ralat, bahkan keluarga besar—sudah tahu pasal foto ciuman itu. Tamat sudah riwayatnya.

"Jawab Papa, Ann!" Suara berat dan tegas pria berjas hitam itu semakin membuat lutut gadis itu gemetar. Papanya memang hampir tak pernah membentak, bicara dengan nada tinggi padanya, tidak juga sekarang. Namun sama saja, dengan wibawa dan karisma sebesar itu, tentu akan membuat siapa saja merasa ngeri bila berhadapan dengannya.

Gadis itu masih saja bungkam, tak tahu harus mulai menjelaskannya dari mana. Sungguh, ia ingin sekali mengatakan pada semua orang kalau gosip murahan yang beredar di dunia maya tentangnya it tidak benar. Sungguh, ia ingin menceritakan kejadian yang sebenarnya pada mereka, agar tak lagi ada salah paham. Namun, lupakan soal menjelaskan, sekedar berucap satu patah kata saja Ann tidak bisa. Lidahnya terasa kelu sekarang.

Ann mengarahkan pandangan pada Andra yang berderap mendekatinya, menatapnya penuh harap agar sang Kakak mau menjelaskan semuanya.

"Pa, Andra, kan, udah jelas--" Andra baru hendak menjelaskan, tapi perkataannya terhenti karena jari telunjuk pria itu yang dengan cepat mengarah padanya.

"Papa nggak mau dengar penjelasan apa-apa dari kamu, Andra." Pria itu lantas mengulurkan tangan kanannya, menyentuh lembut dagu Ann dan mendongakkannya pelan. "Papa mau dengar semuanya, langsung dari mulut putri Papa," ucapnya, yang kontan membuat Ann mengarahkan pandang pada sepasang netra cokelat meneduhkan pria itu.

Terperangah? Entahlah.

Yang jelas, Ann sama sekali tak menduga ini.  Ia kira papanya akan marah besar karena gosip murahan—yang jelas akan mencemarkan nama baik keluarga—tersebut. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

Wira—papanya—sama sekali tidak marah pada Ann. Malahan, pria itu kini mengulum senyum sembari mengelus lembut pundaknya.

"Ceritakan saja semuanya," tutur Wira. "Kamu tidak salah, jadi tidak perlu takut."

Kedua sudut bibir Ann tertarik mendengar itu. Entah kenapa, rasanya melegakan sekali papanya tidak langsung menuduhnya bersalah, padahal dari fotonya—memberi napas buatan yang diedit sedemikian rupa hingga terlihat seperti Ann yang mencium karena nafsu—yang marak beredar saja membuat siapa pun yang melihat sudah langsung menuduhnya murahan dan tidak punya harga diri.

Ann menoleh pada mamanya yang kala itu duduk bersebelahan dengan Oma di sofa. Wanita paruh baya itu mengangguk sambil tersenyum, mengisyaratkan agar Ann cerita saja.

"Sebenarnya, foto dan gosip yang kalian lihat di sosial media itu nggak bener." Gadis itu mulai mejelaskan. "Ann sama sekali nggak punya niat buat nyium laki-laki itu. Kejadiannya nggak kaya gitu."

"Ann lagi di UKS, nggak ikut upacara karena kepala Ann pusing." Ann mengarang cerita untuk bagian itu—karena sejujurnya alasan ia bisa sampai di UKS adalah gara-gara pura-pura pingsan—tapi, kelanjutannya ia ceritakan apa adanya. "Trus tiba-tiba ada cowok masuk ke UKS. Pas ketemu, dia udah lemes gitu, sesak napas. Dan nggak lama, dia pingsan."

"Ann panik banget waktu itu, apalagi setelah pingsan, cowok itu udah nggak napas. Bibirnya juga biru-biru." Gadis itu mengarahkan pandangan pada Andra kakaknya. "Ann langsung telfon Bang Andra buat minta tolong, trus Bang Andra suruh Ann lakuin CPR sama kasih napas buatan."

"Dan, laki-laki yang kamu tolong." Papa Wira menginterupsi. "Apa dia selamat?"

Ann mengangguk. "Iya, Pa. Dia selamat, dan bangun nggak lama setelahnya," jawabnya. "Ann nggak sadar kalo ternyata di luar UKS udah banyak orang, yang ngefoto dan ngerekam kejadian itu, trus nyebarin ke sosial media. Sisanya, kalian tau sendiri apa yang terjadi setelah foto dan rekaman itu kesebar di sana," katanya lalu menundukkan kepala. Matanya mulai tergenang basah. "Maafin Ann, ya. Udah bikin kalian semua malu dan kecewa."

UNTUKMU, SHAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang