Kalau ditanya gimana awal mulanya mereka berenam bisa saling kenal, sebenernya jawabannya simpel banget.
Mereka berasal dari jurusan yang sama, dan waktu ospek jurusan, kebetulan ditakdirkan satu kelompok.
Hansa, Karin, dan Nja, mereka dari kelas A.
Ginan, Nana, dan Kynan, mereka dari kelas B.
Waktu ospek jurusan, mereka satu kelompok, yang mengharuskan mereka saling kenal selama berbulan-bulan dan akrab terhadap satu sama lain. Karena kayak yang udah kita ketahui, ospek jurusannya anak teknik bisa makan waktu sampai 4 bulanan.
Iya, satu semester tuh, lebih dari setengahnya diisi 'penyiksaan'.
Makanya mereka wajib banget buat mendekatkan diri, kalau nggak, ya ribet aja gitu. Berbulan-bulan bakal aktivitas barengan, kalo nggak deket antar anggotanya, nggak bakalan nyaman waktu melakukan aktivitas kelompok.
Untungnya, dalam satu kelompok yang isinya 6 orang itu, udah ada yang saling kenal bahkan sebelum mereka terdaftar jadi maba di jurusan Teknik Sipil.
Yang pertama, Nana dan Karin. Mereka udah khatam satu sama lain, karena ternyata mereka sahabatan dari zaman SD—bahkan rumahnya juga deketan, satu blok. Cuman waktu SMA aja mereka kepisah karena Nana masuk sekolah negeri, sedangkan Karin masuk sekolah swasta.
Dua orang ini lumayan bisa bikin suasana jadi nggak canggung pas awal-awal kelompok dibentuk oleh panitia. Soalnya mereka langsung berisik ngobrol ngebahas ini itu, yang ngebuat anak-anak lainnya ikut nimbrung.
Yang kedua, Ginan dan Kynan. Nggak, mereka bukan kembar. Namanya doang yang mirip, tapi aslinya mereka beda banget. Ginanjar atau akrab dipanggil Ginan, itu cowok. Kalau Kynan, nama lengkapnya Kynandra, dan dia cewek. Dua anak adam ini saling kenal karena mereka satu SMA. Iya, satu SMA doang, tapi nggak pernah saling sapa. Cuman sebatas tahu eksistensi satu sama lain, tapi nggak pernah interaksi.
Kynan orangnya lumayan aktif, jadi pas tahu kalau dia sekelompok sama Ginan, Ginan di-approach sama dia, yang bikin mereka jadi sharing dan cerita-cerita pas SMA kayak gimana.
Ada lagi satu orang, namanya Hansa. Dia bawel banget. Baweeeel banget. Dia nggak kenal siapa-siapa di kelompoknya, tapi, begitu tahu kalau anggota di kelompoknya udah pada ada yang saling kenal, dia jadi nggak kagok buat bikin suasana lebih hidup. Terus aja ngomong dan jbjb biar keadaan nggak garing-garing amat. Ya sebut aja, bonding.
Yang terakhir, Nja—namanya Renjana. Biasanya dipanggil Jana, tapi nggak tahu gimana, orang-orang di kelompoknya jadi suka manggil dia Nja (dan dia nggak bisa protes), orangnya agak pendiem dan dingin gitu. Tapi, karena temen-temen kelompoknya udah pada membiasakan diri buat saling interaksi, dia mau nggak mau ikut dalam konversasi.
Dan ternyata, not bad lah. Agak bersyukur dia, meskipun orang-orang di kelompoknya pada bawel, tapi mereka bukan tipe yang tong kosong nyaring bunyinya. Omongannya rada ngotak, apalagi Kynan dan Karin—the only cewek di dalam kelompok itu—mereka ketahuan banget omongannya rada berilmu kalau dibandingin dengan yang lainnya.
Menjalani serangkaian aktivitas kaderisasi dari mulai Mabim (Masa Bimbingan), LDKM (Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa), sampe PAB (Pengukuhan Anggota Baru) selama hampir 4 bulan, bikin bonding mereka kuat banget bahkan sampai masa kaderisasi itu selesai.
Makanya, setelah kaderisasi beres, mereka kayak secara otomatis pada ngumpul lagi karena udah kebiasaan kayak gitu selama berbulan-bulan. Mungkin karena dasarnya ngerasa klop aja kali, ya, jadinya tetep mau stay in touch meskipun osjurnya udah beres.
KAMU SEDANG MEMBACA
Niskala
General Fiction(COMPLETED) Lika-liku kehidupan anak teknik, ada senengnya, ada sedihnya. Ada cinta, ada tugas gamtek. - 2022 © neomuhane