persahabatan dan kasih sayang

6.1K 1.1K 329
                                    


Jadi begini awal mulanya.

Begitu sampai di parkiran motor McD, Ginan dan Nana izin merokok sebentar pada Kynan, sehingga Kynan memutuskan untuk masuk duluan karena akan memesan makanan.

Ngomong-ngomong, semenjak simulasi PAB dua hari lalu, Nana berakhir membawa motornya ke kosan, biar ke depannya nggak susah lagi buat berkendara dan nggak perlu ribet nebeng sana-sini, katanya sih begitu.

Kembali ke topik awal, Ginan dan Nana yang lagi asik merokok itu, nggak sampai satu menit tiba-tiba mendapati motor lain datang ke parkiran, parkir nggak jauh dari vespa hitam milik Ginan. Motor vario familiar itu rupanya motor milik Nja—yang tengah membonceng Karin di belakangnya.

Selama lima detik mereka cuman saling bengong, sampai Ginan akhirnya lebih dulu mencairkan suasana dengan menyapa mereka berdua yang masih duduk di atas motor.

"Laaah, lagi pada BM Mekdi ape begimaneee?"

Ginan cengengesan geli. Bisa-bisanya Nana dan Karin berusaha saling menghindar, untuk pada akhirnya malah dipertemukan di tempat nggak terduga.

"Tau tuh, si Karin. Gua kan kagak suka fast food." celetuk Nja seadanya sambil kemudian turun dari motornya diikuti Karin.

Karin melepaskan helm sambil mencuri lirikan pada Nana, yang ternyata juga tengah menatapnya dalam diam. Mereka terlihat enggan menyapa satu sama lain, membuat suasana di antara mereka berempat jadi semakin canggung.

Baru saja Ginan akan membuka suara, sebuah motor besar lagi-lagi datang dengan kecepatan tinggi dan langsung parkir secara asal-asalan.

"Rin!" si pengendara motor tersebut membuka helm full face-nya, menampakkan wajah yang membuat Karin mendadak sesak napas karena nggak menyangka bakal bertemu dengan Sena di sini.

Iya, Sena. Setelah hampir 2 minggu nggak bertemu, tiba-tiba cowok itu menghampirinya. Kalau dilihat dari gelagat cowok itu yang nggak terkejut dengan keberadaan Karin di sini, sudah pasti Sena mengikuti motor Nja sedaritadi.

Pantas saja sepanjang perjalanan Karin merasa diawasi dari jarak jauh. Dia pikir itu hanya perasaannya saja, tapi ternyata instingnya nggak salah.

"Kita perlu ngomong," kata cowok itu tiba-tiba menarik pergelangan tangan Karin yang seketika membuat cewek itu bergerak defensif.

Nana yang memperhatikan momen tersebut keheranan dalam hati, kenapa Karin kelihatan nggak suka ketika Sena menghampirinya? Sejauh ini yang Nana lihat, Karin sering kelewat hepi tiap kali dihampiri Sena.

Lalu kenapa sekarang cewek itu malah gusar?

"Nanti aja, Sen. Malu." kata Karin seadanya sambil melirik teman-teman cowoknya yang lain dengan perasaan nggak enak, "Lagian udah nggak ada yang perlu diomongin."

Sena nggak menyerah, tangannya meremas erat pergelangan tangan Karin yang sontak membuat cewek itu meringis, "Minimal unblock kontak aku. Kamu nggak bisa lah mutusin aku secara sepihak gini."

Putus???

Nana, Ginan, dan Nja langsung membuat wajah bingung sambil saling melirik satu sama lain.

Nana mengerjap di tempatnya, dia memperhatikan gerak-gerik Sena yang membuat Karin nggak nyaman, lalu bangkit dari posisi jongkoknya sambil mematikan batang rokoknya yang masih setengah.

"Nanti aja, Sen, plis—"

"Woy, biasa aja kali, kagak usah kasar." kata Nana memotong ucapan Karin sambil tangannya menepis tangan Sena hingga tangan Karin terlepas dari genggamannya.

NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang