situasi yang membingungkan

5.8K 1.1K 253
                                    


Hari pertama UTS setelah dua hari sebelumnya mengalami siksaan panjang yang mengakibatkan kurangnya intensitas tidur, dan perubahan suhu yang drastis, jelas nggak membuat orang-orang bahagia ketika menghadapi hari Senin.

Semua anak Teknik Sipil yang mengikuti kegiatan simulasi PAB kemarin, minimal tampang mereka udah kayak zombie sekarang.

Hansa, yang baru keluar dari kelas setelah selama 90 menit bergelut dengan soal matematika teknik, berpikir kalau tadi dia bukan hanya sekadar mengerjakan soal UTS, tapi juga baru melalui proses meregang nyawa.

Tapi, semua serangan bertubi itu seakan terobati begitu layar ponselnya menunjukkan notifikasi dari seseorang, yang membuatnya langsung lari tunggang langgang membelah lautan koridor yang banjir mahasiswa, meninggalkan Karin dan Nja yang masih dalam masa pemulihan otak begitu keluar kelas.

Bocil: kak hansa, sini deh ke fsrd, aku bawa minuman penyemangat buat kakak :D

-

Hansa nggak begitu yakin harus menyebut hubungannya dengan Kara hubungan macam apa.

Kalau dibilang pacaran, jelas nggak, karena nggak ada yang pernah bilang suka, tapi dari gerak-geriknya, sebenarnya udah cukup ketebak kalau keduanya punya ketertarikan terhadap satu sama lain.

Anehnya, dibilang nggak pacaran pun, justru lebih kedengaran mustahil. Ya gimana nggak, sekali lirik aja orang udah pasti tahu kalau mereka kayak pasangan yang lagi kasmaran.

Duduk sebelahan berdua, ketawa-ketawa sambil ngobrol dan makan bareng. Sentuhan fisik yang secara spontan dilakukan oleh Hansa macam mengelus rambut Kara, membersihkan bibir cewek itu dari remahan kue, bahkan mencubit asal pipi tembam lawan bicaranya sama sekali nggak kelihatan seperti orang yang nggak ada apa-apa.

HTS—kayaknya emang kata yang paling tepat buat melabeli hubungan mereka.

Kalau ditanya, Hansa suka nggak sih sama Kara—romantically?

Dia masih nggak bisa jawab tegas kalau dia; suka, tapi udah jelas banget dia nggak mungkin nggak tertarik sama personality gemesin adik sahabatnya itu.

Tapi, di sisi lain, dia nggak mau mengambil langkah yang gegabah mengingat Nana—kakak dari si cewek yang sebenarnya terlarang didekati itu—cukup serius menentang siapapun untuk mendekati adiknya.

Kayaknya lebih tepatnya, melarang cowok modelan Hansa untuk mendekati Kara, sih.

Hansa tahu, sejarah dia dengan cewek itu emang nggak pernah baik-baik aja. Dia juga bakal terkesan munafik kalau bilang hubungannya dengan Kara sekarang berbeda dengan hubungannya saat bersama cewek-cewek lain sebelum ini.

Tapi, Kara pada nyatanya memang istimewa. Ada rasa yang nggak Hansa dapatkan ketika dia dekat dengan cewek lain, tapi dia mendapatkannya ketika bareng-bareng dengan Kara. Dan saat ini, Hansa sedang mencoba untuk mencari tahu, apakah dengan Kara ke depannya akan jauh lebih baik? Atau bahkan merubah persepsinya tentang sebuah hubungan?

Hansa masih penasaran, namun bukan berarti dia main-main dengan Kara.

Sialnya, dinding besar yang menghalangi pergerakkannya itu tidak lain dan tidak bukan ya Nana, sahabatnya sendiri.

Hansa masih maju mundur. Tentu saja, dia harus bilang pada Nana tentang kondisi yang sebenarnya, namun di sisi lain Hansa juga belum bisa membuktikan kalau dia serius dan nggak main-main, mengingat itu tadi, sejarahnya dengan cewek yang terkenal buruk.

Nana pasti mikir, emang ada orang yang berubah dalam satu malam?

Dan memang benar, Hansa juga nggak pernah sepenuhnya berhenti kontakan dengan cewek-cewek lain meskipun sekarang dia dekat dengan Kara. Ibaratnya, Kara ini prioritasnya untuk sekarang, tapi bukan berarti Hansa nggak punya cadangan.

NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang