Matahari memanggil, chenle yang tengah terlelap menggeliat karena cahaya matahari yang masuk menerpa kelopak matanya.
Perlahan kelopak mata yang terpejam itu terbuka. dengan mata yang sudah terbuka sempurna, chenle memilih untuk diam. Jika di ibaratkan, chenle saat ini tengah mengumpulkan nyawanya. Karena meski sudah membuka matanya dengan sempurna, chenle masih dalam ke adaan setengah sadar.
Merasa sudah sadar sepenuhnya, chenle beranjak dari tempat yang selalu ia anggap paling nyaman dalam hidupnya. Tapi nomor dua, yang paling nyaman nomor satu adalah jisoo.
Chenle mulai menjauh dari tempat tidurnya, ia melangkah berniat masuk ke dalam kamar mandi.
Tak sengaja mata chenle menangkap lembaran kertas polio yang tergeletak di atas meja belajarnya.
Chenle menghembuskan nafas kasar, kemudian ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Chenle lupa jika kertas polio itu harus di tanda tangani oleh jisoo. Tapi, ia belum menyerahkan kertas itu kepada jisoo.
Akhirnya chenle mengurungkan niatnya untuk membersihkan diri. Chenle memilih fokus pada kertas itu.
Di raihnya kertas yang tergeletak, kemudian chenle mulai melihat dan membaca tulisan yang ia tulis sendiri.
Tiba tiba mata chenle di buat membulat ketika ia melihat kolom yang harusnya masih kosong ternyata sudah terisi.
Chenle mengerutkan dahinya penuh tanya. Penasaran chenle pun memilih keluar dari kamarnya.
Ceklek ..
Chenle membuka pintu, ia kembali mengerutkan dahinya. Ternyata pintu kamarnya itu tidak terkunci.
Chenle kini benar benar keluar dari kamarnya. Ia pun berteriak memanggil jisoo.
" ma .. mama .."
" di dapur .."
Ada sahutan, bergegas chenle melangkah menuju dapur. Di sanalah ia melihat sosok wanita yang selalu terlihat cantik di usianya yang sudah tidak di bilang muda.
" apa .." kata jisoo, ia menyadari ke datangan chenle meski posisinya saat ini membelakangi putranya.
" mama udah tanda tanganin kertas ini ..?"
" kertas hukuman ..?" Jisoo balik bertanya.
Chenle menghela nafas pelan, pasti jisoo sudah membaca tulisan yang ia tulis di atas kertas polio itu.
" hhmm .." chenle berdeham menjawab pertanyaan yang jisoo lontarkan.
" udah mama tanda tanganin semalam, semalam pas mama masuk kamar kamu, mama gak sengaja ngeliat kertas itu, ternyata kertas hukuman dan harus di tanda tangani orang tua, ya udah mama tanda tangan aja .. ngomong ngomong hukuman apa lagi kali ini ..?" Panjang lebar jisoo menjelaskan, di akhir kalimat ia selingi dengan satu pertanyaan. Bahkan posisi jisoo kini sudah berubah, ia berbalik dan menatap chenle dengan tatapan mata yang sulit di artikan.
" bukan masalah besar kok .. aku kemaren gak merhatiin pas guru nerangin .." kata chenle enteng.
Jisoo menghela nafasnya, selalu saja chenle menganggap sepele hukuman yang di berikan oleh pihak sekolah.
" lain kali mama gak mau lihat kertas kaya gitu lagi ya .. kalau sampai mama lihat lagi kertas kaya gitu di meja belajar kamu, mama gak akan mau tanda tangan .."
" terus kalau mama gak mau siapa donk yang nanti tanda tangan, masa iya papa .." sahutan dari chenle membuat jisoo ingin memijat pelipisnya. Chenle selalu saja bisa membuat jisoo merasa pusing dengan sahutan sahutan yang ia ucapkan.
" makanya kamu gak usah bikin masalah .. udah sekarang kamu mandi .. mama hari ini gak boleh telat, kerjaan mama numpuk .."
Chenle mendengus, pagi pagi ia sudah mendapat kesialan.
Dengan wajah memberengut, chenle berjalan pelan menuju kamarnya.
Jisoo sendiri terus memperhatikan putranya yang mulai menjauh. Dan ketika chenle sudah tak terlihat, jisoo menggeleng gelengkan kepalanya.
..
" inget , jangan buat kesalahan yang bisa bikin kamu dapat hukuman .."
Satu peringatan dari jisoo. Chenle menghembuskan nafas kasarnya.
" iya .." sahutnya dengan nada malas bahkan wajahnya memberengut. Tangan chenle bergerak membuka sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya. Kemudian ia membuka pintu mobil yang tertutup.
Hari ini jisoo mengantarnya.
Chenle keluar, dan ketika sudah berada di luar chenle menutup pintu mobil. Kemudia ia berdiri menatap jisoo.
" mama berangkat ya .." pamit jisoo.
" hhhmm .. hati hati .." sahut chenle
Jisoo tersenyum mendengarnya.
Tak lama deru mesin mobil yang jisoo kendarai terdengar, jisoo melambaikan tangan pada chenle dan kemudian melajukan mobilnya menjauh dari area sekolah.
Di tinggal sang ibu, chenle menghela nafas, kemudian ia berbalik dan bersiap untuk melangkah masuk.
" tumben gak kesiangan .." goda pak satpam ketika melihat chenle datang tepat waktu.
Chenle mendengus, selalu saja penjaga sekolah itu mengajaknya untuk beradu argumen dalam hal apapun.
" lagi libur buat berantem pak .. bye saya mau masuk dulu .." kata chenle dan kemudian melangkah pergi meninggalkan penjaga sekolah itu.
Pak satpam terkekeh pelan, bahkan ia menggeleng gelengkan kepalanya. Chenle memang menyebalkan, tapi jujur selalu membuatnya gemas dan tak tahan untuk mengganggunya.
" pagi pak .." sapa seseorang, pak satpam menoleh dan melihat jimin yang berdiri di belakangnya.
Melihat jimin, pak satpam seketika sedikit membungkukkan tubuhnya.
" pagi juga pak jimin .. baru datang .?" Sahutnya balik menyapa dan memberi jimin satu pertanyaan.
" iya pak .. kalau begitu saya permisi pak .."
Anggukan jimin dapatkan, kemudian ia melangkah masuk ke dalam area sekolah.
...
Bersambung ..
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJAGA MAMA ...!
Fanfictionmohon maaf, itu mama saya bukan kakak saya. apa saya harus bikin tulisan yang gede dengan kata kata " ini mama saya " supaya anda anda ini percaya .. : chenle 2020