13

32 4 2
                                    

Hai! Happy reading!!

Jangan lupa vomment luv🖤

***

"Definisi bahagia menurut lo apa?" Kini giliran Arkan yang bertanya.

Karin tak lagi menunduk, ia menoleh ke arah Arkan. Menatap mata Arkan beberapa detik. Kali ini Arkan juga menatap bola mata hitam milik Karin yang membulat sempurna karena pertanyaannya. Dari sorot matanya, Karin seperti gadis yang rindu kehangatan. Gadis kecil yang rapuh.

"Definisi bahagia gue semu. Gue nggak tau mau jawab apa," kata Karin sambil mengangkat bahunya tak acuh kemudian ia tertawa. Matanya menyipit tapi Arkan seperti bisa merasakan luka yang ditutupi oleh gadis didepannya dengan suara tawanya itu.

"Lo boleh capek tapi jangan menyerah," ujar Arkan sambil tersenyum tipis.

Sial. Jantung Karin berdegup tak karuan saat melihat Arkan tersenyum. Sangat indah. Karin betah berlama-lama melihatnya.

Arkan beranjak dari duduknya, "Dah masuk sana!"

Karin menahan tangan Arkan, "Tunggu."

Arkan menoleh dan membalikkan badannya. Menunggu Karin mengatakan sesuatu.

"Kita nggak mungkin banget ya, Kak?"

Diam.

Arkan tidak bisa menjawab. Arkan terasa berat sekali untuk berkata sesuatu yang melukai Karin. Arkan tersenyum tipis lagi dan lagi mampu memporak porandakan hati Karin yang rapuh itu.

Karin menunduk kemudian memegang dadanya yang berdebar sejak tadi. Melihat langkah kaki Arkan yang perlahan menjauh darinya. Karin langsung menepuk-nepuk pipinya. Karin sedang tidak bermimpi kan? Katakan!

"Gue nggak lagi mimpi kan?! AAA SENENG BANGETTT!!"

Karin jingkrak-jingkrak seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan permen.

Tidak tahu apa yang ada di pikiran Karin. Tapi, Karin bisa merasakan sedih dan bahagia dalam waktu yang bersamaan.

***

1 minggu mendekati olimpiade membuat Arkan dan beberapa anak yang akan mewakili SMA Rajawali harus belajar dan latihan soal lebih giat lagi.

Freya yang selalu bersemangat dalam setiap olimpiade, tapi kali ini murung. Tadi pagi, ia mendapat pesan dari Laras bahwa Laras opname dirumah sakit karena terkena DBD. Freya kaget bukan main. Berarti harus ada yang menggantikan Laras untuk olimpiade matematika.

Para guru sedang merapatkan sesuatu sepertinya memilih siswa/i yang layak untuk menggantikan Laras di olimpiade kali ini. Tentunya, tidak sembarang siswa/i yang dipilih karena waktu latihan yang terbatas.

Pak Basuki memasuki lab biologi dengan tumpukan kertas. Wajahnya terlihat sumringah sekaligus kecewa karena Laras harus jatuh sakit di H-7 olimpiade.

"Siapa yang bakal menggantikan Laras, Pak?" tanya Daniel penasaran.

Pak Basuki menaruh tumpukan kertas itu ke atas meja kemudian berjalan kearah Arkan untuk memberikan perintah. Arkan sontak kaget berharap bukan nama itu yang dipilih guru-guru untuk menggantikan Laras.

"Sudah cepat Arkan!" Perintah pak Basuki usai membisiki Arkan sesuatu.

Di kelas X IPA 2, Karin terkejut bukan main saat wali kelasnya memberi tahu jika ia terpilih untuk mewakili sekolahnya, menggantikan Laras yang sakit.

"Ini beneran, Bu?" tanya Karin yang senang sekali karena akhirnya ada yang percaya dengan kemampuannya. Selama ini Karin tak pernah mendapat kesempatan. Kali ini ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang