21

19 3 0
                                    

Hai! Happy reading!!

Jangan lupa vomment luv🖤

***

Karin masih anteng di mejanya. Sheira sampai kebingungan tumben sekali teman di sebelahnya ini duduk manis, diam, dan tak banyak ulah.

"Rin," panggil Sheira sambil menggoyangkan lengan Karin. Seperti membujuk orang yang merajuk saja.

"Apa? Gue lagi sakit gigi eh ralat maksudnya sakit hati," ujar Karin.

Dug.

Naura menendang kursi yang Karin duduki, "Belum pernah sakit gigi, Mbak? Sakit banget serius lebih sakit daripada sakit hati."

Karin menoleh dan menggeleng, "Emang gimana rasanya?"

Naura menyenggol Gladis, "Kasih paham, Dis!"

"Gini ya adik Karina Addeline tersayang, pas lo sakit gigi beuh rasanya mantep banget. Nggak bisa dijelaskan pakai kata-kata kayak rasa sayang lo ke Kak Arkan haha," ujar Gladis.

"Rasa sayang gue ke Kak Arkan emang tak terhingga sih," ujar Karin sambil menggibas-gibaskan tangannya.

"Satu. Dua. Tiga," ucap Sheira tiba-tiba.

"CONGRATS RIN!" teriak Sheira, Gladis, dan Naura bersamaan paling keras pula suaranya. Teman-teman sekelasnya juga ikut mengucapkan.

Karin tersipu malu, ini pertama kalinya ada yang mengucapkannya selamat. Biasanya kata semangat yang sudah jadi makanan sehari-hari Karin.

"MAKASIHHH TEMEN-TEMEN GUEEE YANG TERCINTAHH LOVE U GUYSS!!" ujar Karin setengah berteriak dan heboh.

Sheira mengeluarkan bucket bunga dengan 3 tangkai mawar merah.

"Ini buat lo. 3 tangkai bukan karena pelit tapi sahabat lo jumlahnya 3 orang. Gue, Naura, sama Gladis," ujar Sheira memberikan bucket bunga yang ia simpan di laci.

Karin menerimanya dengan senang hati, senyumnya merekah, "Makasih buanyak banget sekalii sayangnya guee!!"

"Urwell, sayangnya gue!" ujar Sheira tersenyum lebar.

"Cama-cama ayang Karin," kata Naura yang ngebet punya ayang.

"Ayang mulu lo!" Naura mendelik menatap Gladis sambil dagunya bergerak ke kanan dan ke kiri.

"Sama-sama, Rin! 3 tangkai bukan karena pelit okeyy?" ujar Gladis.

Karin mengangguk mantap, "Okey Bos! Gue seneng banget ini!"

Karin tak henti-henti bersyukur dipertemukan dengan orang baik seperti Sheira, Naura, dan Gladis. Dibalik kesedihan pasti ada kebahagiaan yang terselip di dalamnya. Karin sedikit melupakan rasa sakit hatinya. Karin sudah berusaha semaksimal mungkin dengan menggunakan concealer untuk menutupi kantung matanya.

***

"Ar, Frey gimana woi tadi olimnya susah kagak?" Rafael sudah tidak sabar dengan testimoni temannya ini. Yang padahal sudah kerap mengikuti berbagai perlombaan dan olimpiade.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang