10

57 11 25
                                    

Hai! Happy reading!!

Jangan lupa vomment luv🖤

Kak Arkan kaku banget ya🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kak Arkan kaku banget ya🙏

Aku udah menemukan cast yang cocok untuk Naura dan Gladis. Di part ini bakal aku spill deh.

Okey tanpa berlama-lama ocehan ini, selamat membaca luv!

***
Still crushing on you, though i know it's impossible. Still like you, even if it's impossible.

--Karina Addeline

***

"Karina!" teriak Zoya, mama Karin dari bawah.

Karin kaget, langsung melempar ponselnya ke sembarang arah dan berlari ke bawah untuk menemui mamanya.

"Iya Ma?" tanya Karin. Di ruang tamu sudah ada beberapa koper. Seperti papa dan mamanya akan ada kerjaan di luar kota.

"Duduk!" titah Rendi, papa Karin menyuruh anak sulungnya untuk duduk. Ada yang ingin ia bicarakan. Karin mengikuti perintah papanya. Begitu juga dengan Zoya, mamanya yang ikut duduk di sebelah Rendi.

"Hari ini sampai 2 minggu kedepan papa dan mama ada pekerjaan di luar pulau jawa. Tugas kamu mengantar dan menjemput Kinara sekolah dan les. Pak Yanto masih ada di kampung belum kembali lagi ke Jakarta. Belajar! Sekarang bukan waktunya untuk main-main apalagi cinta-cintaan. Dah papa harus berangkat sekarang," ujar Rendi, papa Karin memberi wejangan untuk anak sulungnya.

Pak Yanto biasanya yang membantu keluarga Karin bila ada sesuatu yang dibutuhkan saja. Pak Yanto bekerja di sebelah rumah Karin dan membantu keluarga Karin bila diminta, hitung-hitung tambahan penghasilan. Tapi bulan ini, Pak Yanto sedang cuti.

Tadi ia sudah memberi wejangan untuk anak bungsunya, Kinara.

"Karina, kalau hujan antar Kinara pakai mobil jangan naik motor," ujar Zoya, mama Karin menambahkan.

"Ya Pa, Ma. Hati-hati," ujar Karin setengah tersenyum.

Bi Jum membantu mengangkat koper-koper itu ke dalam taksi yang sudah menunggu di depan rumah. Papa dan Mama sudah naik ke dalam mobil.

"Bi Jum, titip Kinara!" kata Zoya sambil melambaikan tangan.

Deg.

"Baik Bu." Bi Jum mengangguk patuh.

"Bi, titip anak-anak," ujar Rendi.

"Baik Pak. Saya akan menjaga anak-anak selama Bapak dan Ibu bekerja," ujar bi Jum tersenyum.

Karin melambaikan tangannya saat taksi yang di naiki orangtuanya mulai melaju. Ada rasa sakit saat mamanya hanya menitipkan Kinara, tapi Karin bersyukur papanya masih mengingat dirinya.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang