11

50 10 14
                                    

Hai! Happy reading!!

Jangan lupa vomment luv🖤

Jangan lupa vomment luv🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mas Arkan👍🏾

Dah yuk langsung aja lanjut baca part 11! Sekali lagi happy reading, luv🖤

***

Karin dan Kinara tidak langsung pulang ke rumah. Mereka sudah mengabari bi Jum kalau pulangnya telat. Dengan paksaan Kinara, akhirnya Karin mau mengantar adik nya itu ke toko buku.

"Gue tunggu di cafe depan dimana? Sakit perut gue kalau ke toko buku," ujar Karin saat mereka tiba di parkiran toko.

Kinara melepas helmnya, "Kak Nana, sakit? Yaudah nggak jadi aja. Kita ke dokter sekarang."

Karin melirik ke arah Kinara, "Bukan itu maksud gue. Lo tau kebelet kalau lagi di toko buku kan? Gue gitu, Ra tiap ke toko buku bawaan kebelet mulu."

Kinara tertawa melihat wajah Karin yang terlihat kesal.

"Oh iya tau itu fenomena psikologi yang disebut dengan Mariko Aoki Phenomenon. Rara pernah baca artikelnya."

Karin mengacungkan jempolnya, "Nah gitu maksud gue."

"Beneran nggak mau temani Rara buat beli buku, Kak?" ulang Kinara sekali lagi berharap kakaknya mau.

Karin menimang-nimang jawaban beberapa saat. Karin bingung kalau masuk toko ia sakit perut tapi Karin juga iba dengan Kinara yang terlihat memohon.

"Oke gue mau, tapi jangan lama-lama," ujar Karin pada akhirnya.

Kinara bersorak dalam hatinya kemudian menggandeng tangan kakaknya untuk segera masuk toko buku.

Karin tak heran jika Kinara langsung tau lorong mana yang akan ia tuju. Tidak seperti gadis remaja pada umumnya yang langsung berjalan ke rak novel dan mencari buku yang sudah tersobek lalu memfoto quotes menarik yang ada di dalam. Kinara langsung mencari buku latihan soal yang ia butuhkan.

"Lo tiap kesini langsung beli buku pusing ini?" tanya Karin pada adiknya yang sedang memilih buku mana yang akan ia beli.

Kinara mengangguk, "Iya. Rara sekarang lagi cari drilling soal buat persiapan ujian sama kumpulan rumus."

Karin mangut-mangut. Sungguh baru 10 menit disini perutnya sudah melilit. Tapi, Karin harus tahan.

"Gue kesana. Kalau udah mau bayar telepon aja," ujar Karin sambil menepuk pundak Kinara. Karin berlalu menuju rak-rak novel remaja yang tertata rapi.

Karin juga memfoto untuk kebutuhan instastorynya.

Karin juga memfoto untuk kebutuhan instastorynya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang