23

28 5 1
                                    

Hai! Happy reading!!

Jangan lupa vomment luv🖤

***

Bahkan archimedes dan newton takkan mengerti ion-ion apa yang menyebabkan aku melebur di setiap senyummu.

****

Karin kelabakan saat mendapatkan kabar dari Kinara kalau papa dan mamanya sudah sampai rumah.

"Kak, nanti gue turunin depan komplek aja ya," ujar Karin sambil menepuk pundak Arkan.

"Kenapa? Gue tadi jemput di depan rumah lo ya berarti turunin lo juga disana."

"Nggak pa-pa, mau ambil piring sama gelas di pos jaga," alibi Karin yang jelas dapat dengan mudah di bungkam oleh Arkan.

"Yaudah gue anter sekalian juga bisa."

Arkan tetap keukeh akan mengantarkan Karin sampai depan rumahnya. Kalau misal Karin tiba-tiba kabur dari rumah setelah pergi bersamanya bisa-bisa Arkan yang menjadi tersangka. Oh tentu itu tidak boleh terjadi.

Karin ngedumel sepanjang perjalanan pulang. Harusnya tadi ia langsung meminta diantar pulang saja, tapi malah memilih untuk memesan gelato lagi tapi kali ini Karin yang bayar. Dan Arkan menurutinya. Museum date sama gelato date jadinya.

Arkan berhenti di pos jaga, seperti apa yang Karin bilang ingin mengambil piring dan gelas. Karin turun lalu berbincang dengan satpam komplek rumahnya dan keluar dengan tangan kosong. Tak ada piring dan gelas yang akan ia ambil karena memang itu hanya alasannya saja tapi gagal total.

"Lupa Kak ternyata udah di ambil Bi Jum," ujar Karin nyengir.

Arkan yang sudah menduga kalau Karin berbohong hanya mengangguk lalu menyuruh Karin naik ke motor.

"Lo nggak pandai menutupi sesuatu ternyata. Ambil piring dan gelas cuma alibi lo doang kan buat nutupin sesuatu? Kebiasaan over sharing ya gini jadinya," kata Arkan memelankan laju motornya.

Wah, Karin makin kelabakan menjawab pernyataan Arkan.

"Dih sok tau lo, Kak."

"Bohong dosa, Rin. Dah turun."

Mereka telah sampai di depan rumah Karin. Karin turun lalu melepas helmnya dan belum sempat mengucapkan terima kasih, suara Rendi, papanya menghentikan aktifitasnya.

"Dari mana kamu?" tanya Rendi melangkahkan kakinya menuju pagar rumah.

Arkan turun dari motornya lalu menjabat tangan Rendi.

"Malam, Om. Saya Arkan teman sekolahnya Karin," ujar Arkan memperkenalkan diri lebih dulu.

Karin tersenyum, "Dari cari buku persiapan ujian mandiri, Pa."

Karin berbohong karena kalau ia bilang habis dari jalan-jalan sudah pasti papanya marah karena bagi papanya itu kegiatan yang buang-buang waktu.

"Oh ya ya. Wajah kamu seperti tidak asing," ujar Rendi yang seperti dejavu saat melihat Arkan.

Arkan tersenyum tipis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang