05 - Kapten

99 30 14
                                    

Hai! Happy reading!!

Jangan lupa vomment luv🖤

Adrian Arkan Pradipta

MasyaAllah ganteng banget🤩

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MasyaAllah ganteng banget🤩

***

Karin membenarkan cardigan grey yang ia kenakan saat turun dari motornya. Sakit sayatan itu akan berasa saat Karin sudah sadar sepenuhnya.

"Pakai aneh-aneh segala gue ih! Nyusahin aja kalau lagi kumat," gumam Karin.

Cambukan ikat pinggang Rendi, Papanya itu menjadi memar. Di bagian punggung dan lengan tapi Karin harus bisa bersikap baik-baik saja. Mata pandanya terlihat jelas sekali karena semalam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena rasa nyeri.

Baru saja akan melewati koridor SMA Rajawali, Karin disuguhkan dengan pemandangan Arkan yang berangkat sekolah bersama dengan Freya. Karin menarik-narik ujung roknya kesal.

"Sabar Karin sabar. Besok lo yang berangkat bareng Kak Arkan," ujar Karin pada dirinya sendiri.

Karin menoleh saat punggungnya ditepuk oleh seseorang. "Apa sih?!"

Rafael tertawa melihat wajah Karin yang terlihat merah padam itu.

"Kasian banget berangkat sendiri pulang sendiri tak ada pacar yang menemani," ujar Rafael.

"Gue mandiri! Dah dah gue sibuk." Karin berjalan meninggalkan Rafael yang kalau diladeni akan mengejeknya lagi.

"WOI RIN TUNGGU MONYET!"

Rafael berlari untuk menyusul Karin. Rafael memperlukan bantuan Karin. Langkah Karin yang kecil membuat Rafael dengan mudah menyamai langkah Karin kemudian Rafael menarik tas Karin.

Karin terpaksa berhenti, menoleh, dan menatap tajam ke arah Rafael. "Apa lagi? Dasar fans!"

Tahan Rafael tahan.

"Wait." Rafael mencari sesuatu di tasnya kemudian ia menyerahkan kantong yang isinya cukup banyak. Karin menerimanya dengan tatapan menyelidik.

"Tumben baik," celetuk Karin heran.

"Bukan buat lo. Tolong titip buat Sheira katanya dari semalam perut sakit karena kedatangan tamu dari bulan," ujar Rafael.

Karin nenarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskan nya, "Ya Tuhan gini amat nasib jomlo."

"Tolong banget ini mah, Rin. Lo kan adik kelas ter ter pokoknya!"

"Ye kalau ada maunya baik kalau nggak bikin darah tinggi."

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang