16

17 4 4
                                    

Hai! Happy reading!!

Jangan lupa vomment luv🖤

Jangan lupa vomment luv🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayangnya Karin🙏

Ayangnya Karin🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aku sama kamu sakit, tapi gak sama kamu jauh lebih sakit.
--Falla Sheiranina

***

Karin duduk di meja kerjanya, malam ini ia akan lembur untuk meeting dengan bagian keuangan. Meeting diadakan 2 bulan sekali dengan beberapa orang yang berada di balik layar suksesnya bisnis cafe yang Karin bangun. Banyak orang-orang hebat yang terlibat didalamnya dan Karin tidak akan pernah melupakan itu.

Karin sudah izin kepada orangtuanya jika ia akan pulang malam ini karena ada urusan di cafe. Meski harus ada debat kecil antara Karin dan papanya tapi akhirnya mereka memberi izin. Dengan syarat, setelah itu harus belajar lebih giat lagi. Aneh bukan? Apa Zoya, mama Karin sudah berbicara dengan Rendi, papa Karin perihal obrolan empat mata tadi siang?

"Karina, saya rasa sudah cukup ya meeting malam ini. Beberapa menu baru yang kamu usulkan, saya sih yes," ujar Indira yang usianya terpaut 10 tahun lebih tua dari Karin.

"Iya, Bu. Terima kasih," ujar Karin tersenyum tipis.

Indira menyenggol Karin pelan, "Manggil aku, mbak aja kalau udah selesai gini. Masih muda lho aku ini."

Karin terkekeh, "Iya Mbak Indira yang cantik jelita."

Indira tersipu malu sambil mengemasi barang-barangnya.

"Yaudah aku pulang dulu ya, Rin. Semoga bisnismu makin lancar jaya," ujar Indira bersiap untuk pulang karena meeting sudah selesai.

"Hati-hati ya, Mbak. Makasih sekali lagi," ujar Karin. Indira mengangguk dan meninggalkan ruangan.

Indira ini adalah teman papanya yang banyak membantu Karin dalam mendirikan cafe diumur yang masih belia. Untuk modal memang 80% dari papanya tapi Rendi, papa Karin memang terlihat tak peduli dengan bisnis yang Karin bangun. Sisanya Karin menggunakan uang tabungannya. Tapi, Indira selalu memberi laporan setiap bulannya untuk Rendi karena Karin yang tidak bisa dilepas sepenuhnya.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang