19

17 4 3
                                    

Hai! Happy reading!!

Jangan lupa vomment luv🖤

***

Control your self

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Control your self.

Kalimat itu terngiang-ngiang di kepala Freya. Mesin waktu seakan berputar lagi. Freya beberapa kali menggelengkan kepalanya, malu bercampur kesal karena dirinya. Arkan juga sudah menyadari hal itu lagi. Akan kah kejadian 2 tahun silam terulang kembali?

Arkan ingat betul, bagaimana sikap Freya kepada siapapun yang berani mendekati Arkan. Freya tak segan-segan untuk melakukan apapun agar gadis yang menyukai Arkan mundur. Arkan tidak akan lupa, saat Freya menantang kakak kelas yang mendekati Arkan. Hal itu masih Freya lakukan hingga kelas 11 semester 1 puncaknya saat Freya terancam namanya akan dicoret dari daftar siswi berprestasi karena telah melakukan bullying kepada adik kelasnya yang saat itu gencar mengejar Arkan.

Ancaman dari guru-guru membuat Freya berhenti melakukan itu. Freya menjadi lebih cuek pada siapapun yang mendekati Arkan tapi Arkan masih bisa merasakan aura tidak suka dari Freya. Freya bahkan meminta maaf pada adik kelas dan kakak kelas di depan semua orang demi tidak tercoret namanya. Segila itu Freya dulu.

Freya menghela napas bersamaan dengan Arkan yang menepuk pundaknya. Freya menoleh tersenyum tipis, "It's okey."

Arkan mengangguk kembali fokus pada pengumuman juara. Tapi Arkan, tahu Freya tentu saja kepikiran dengan kalimatnya.

Berbeda dengan Arkan, Karin malah cekikikan dengan Lintang dan beberapa temannya yang lain. Raut wajah bahagia tentu saja terpancar dari wajah manis Karina Addeline. Matanya berbinar setiap ada mengucapkan selamat atas pencapaiannya. Tangan dengan ringan menjabat dan mengucapkan terima kasih pada siapa saja memberinya semangat.

Acara olimpiade telah selesai, para peserta dan pendamping mulai keluar dari gedung. Peserta olimpiade dari SMA Rajawali kembali ke sekolah dengan bis yang telah disewa sebelumnya. Dari kejauhan Karin bisa melihat papa dan mamanya. Seperti seekor anak kucing yang kegirangan, Karin berlari menghampiri orangtuanya.

"Karina juara 2 Pa, Ma!"

Rendi dan Wulan tersenyum. Wulan mengacak rambut Karin gemas, Karin tersenyum malu-malu karena ada banyak orang berlalu lalang.

"Juara 1 yang papa mau," ucap Rendi pelan namun tegas dan pedas.

Karin tertegun dengan ucapan papanya baru saja. Bukan kata selamat yang mereka berikan tapi malah kalimat menyakitkan yang keluar dari mulut papanya.

"Ya Pa.."

Karin menunduk kemudin berbalik badan meninggalkan orangtuanya daripada makin sakit hati. Karin menyusul teman-temannya.

"Rin! Pita lo jatuh," ujar Arkan berlari kearah Karin yang berjalan lesu.

Bibir yang awalnya mengerucut kesal dan kecewa bercampur jadi secara tiba-tiba terbit senyum yang manis. Matanya membentuk bulan sabit.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang