Sejak kejadian di halte Minnie dan Nurul semakin dekat bahkan hampir setiap hari mereka pulang bersama. Dino saja sampai di buat heran dengan kedua cewek itu, dia fikir setelah Minnie mengetahui Nurul pacar Juna, Minnie akan menjauh dari orang itu, tapi nyatanya mereka berdua malah semakin dekat.
"Lo masih suka kak Juna?" tanya Dino.
Seperti runtinitas baru bagi Minnie pergi ke atap saat pagi hari. Entah kenapa kakinya selalu membawa dirinya pergi ke sana, kebiasaan Dino yang menurun padanya.
"Aku gak tau," jawab Minnie.
Cewek itu berkata yang sebenarnya. Perasaan pada Juna memang belum hilang sepenuhnya tapi dengan Minnie akrab dengan Nurul sudah pasti Minnie harus menghilangkan perasaan itu.
"Lo kenapa jadi sering ke sini kalo pagi. Gue kadang suka kepengen sendiri di sini," Dino mengalihkan topik pembicaraan di antara mereka. Cowok itu tidak mau terlalu canggung di antara mereka jika dia terus melanjutkan topik ini.
"Kamu sendiri kenapa ke sini?"
Dino mendengus, bukannya menjawab Minnie malah melontarkan kalimat pertanyaan yang membuat Dino menjawab pertanyaan itu.
"Karena gue suka suasana pagi di sini, tenang. Pikirkan gue jauh lebih fresh kalo dari sini," jawab Dino.
"Itu juga yang aku rasain kalo di sini."
"Ngikut-ngikut lo."
Minnie terkekeh, Dino mengucapkan kalimat tadi dengan notasi tidak santai. Jika dulu Minnie merasa takut, kali ini tidak. Minnie merasa lebih akrab pada Dino.
"Menurut kamu aku bisa ngelupain Juna gak?" tanya Minnie.
"Pake kak, dia lebih tua dua tahun dari kita," ujar Dino.
"Juna sendiri yang ngelarang aku bilang gitu."
Dino mengangguk, Jika Juna sendiri yang melarang maka cowok itu pun tidak bisa berbuat lebih.
"Jawab dulu pertanyaan aku barusan."
"Yang mana?" tanya Dino.
"Aku bisa gak ngelupain Juna?"
"Kenapa nanya gue, yang tau perasaan lo kan cuma diri lo sendiri," bantah Dino.
"Kamu kan temen aku, emangnya salah kalo aku nanya gitu. Aku juga tau kali yang tau perasaan aku cuma diri aku sendiri," Minnie mendengus kesal.
Dino menatap Minnie, atensinya di alihkan pada orang di sebelahnya. Dino melayangkan tangannya, bukan untuk memukul, melainkan mengelus puncak kepala Minnie. Entah kenapa melihat Minnie bersikap begini membuat Dino gemas sendiri.
Minnie sendiri tersentak, tidak menyangka Dino akan berbuat seperti ini. Jujur, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Wajahnya bahkan memerah tanpa sebab.
"Gak usah kayak tadi, lo gemesin, gue takut khilaf nyubit pipi lo."
Dino tidak bohong, cowok itu memang merasa gemas. Tatapan polos Minnie membuat Dino senang melihatnya. Sikap Minnie yang kentara lugu membuat Dino nyaman di dekatnya.
"Aku serius Dino."
Dino tertawa keras, Minnie memang seperti boneka baginya dan Dino sangat senang bisa dekat dengannya. Terkadang Dino merasa Minnie seperti anak kecil yang sedang menunggu permen gulali.
"Gue yakin lo bisa ngelupain kak Juna. Lo sukanya belum banget kan, baru sekarang-sekarang. Gue yakin lo bisa ngelupain cepet."
Minnie menunduk, "aku harap gitu. Aku gak enak sama kak Nurul kalo sampe ketauan suka sama Juna."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Doll
أدب المراهقين"Wah ada pacar baru nih!!" "Bukan pacar tapi boneka gue tepatnya."