Kereta Api ᶜᴴᴬᴾᵀᴱᴿ 06

732 39 1
                                    

Bianca kini duduk disamping Abimana, dirinya sudah tersadar saat Abimana menyodorkan sebotol air mineral padanya. Abimana sendiri juga tidak menyangka akan bertemu dengan Bianca salah satu mahasiswa yang menurutnya sangat menyebalkan.
"Jadi kamu mau ke jakarta" tanya Abimana.
"Iya, bapak sendiri mau ke Jakarta juga?" Tanya Bianca.
"Iya, ada urusan disana. Jangan salah paham kejadian tadi ya saya hana mau bantu kamu" ucap Abimana.
"Iya saya tahu kok Pak, terimakasih ya Pak..." balas Bianca yang kemudian meletakkan air mineral disisi kirinya.

Keduanya terdiam cukup lama, hingga Bianca yang memang tidak suka keheningan kemudian mengajak Abimana mengobrol.
"Pak, Pak Abi pergi sendiri ke Jakarta? Anaknya nggak diajak ya? Kenapa nggak naik pesawat?" Tanya Bianca.
"Ya kamu bisa lihat sendiri sekarang, anaknya ikut Omanya sekarang, kamu sendiri kenapa nggak naik pesawat?" Balas Abimana.
"Ohh iya juga ya, nggak dapat tiket Pak udah full booking kemarin" ucap Bianca.
"Ah iya, kamu itu harusnya pakai pakaian yang lebih tertutup Bian, kamu tahu apa yang baru saja terjadi kan? Dan kamu tidak mau kan kalau tubuhmu itu dijadikan fantasi halu mereka" Ucap Abimana yang tadi memang sempat memberikan jaketnya pada Bianca untuk menutupi pahanya bahkan pakaian atasnya saja membuat pria yang menatapnya bisa saja menegang, untunglah Abimana menyuruh Bianca untuk duduk didekat jendela.
"Hah maksud bapak apa?" Tanya Bianca yang tidak mengerti arah pembicaraan Abimana.
"Kamu ini bodoh atau polos hah? Masak iya tidak tahu bukankah di umur kamu ini harusnya sudah mengetahui hal dasar seperti ini" ucap Abimana mulai kesal, dia pikir Bianca ini liar namun masak iya dia tidak tahu apa-apa mengenai hal seperti itu.
"Oh maksud Bapak juga terganggu dengan penampilan saya seperti ini? Atau mungkin bapak juga merasakan sesuatu saat berada didekat saya" ucap Bianca dengan mengerlingkan sebelah matanya.
"Astagfirullahaladzim, otak kamu harusnya di cuci, sebaiknya kamu dian saja saya mau mengaji dulu" ucap Abimana yang membuat Bianca melongo, bayangkan saja ini pertama kalinya Bianca diabaikan.

Setelah berjam-jam berlalu akhirnya keduanya telah sampai di Jakarta setelah sekitar 8 jam berada di Kereta Api. Keduanya bersiap untuk keluar dari Kereta Api tapi seseorang berlari dan mendorong Bianca hingga gadis itu tidak bisa menahan bebannya hampir saja dirinya ambruk lebih parahnya membentur kursi besi namun dengan sigap Abimana menarik tangan Bianca hingga keduanya seolah berpelukan.
"Arghhh" teriak Bianca.
"Maaf, satpam tolong tangkap orang itu dia copet" ucap seorang pria yang mengejar si pria dengan pakaian hitam-hitam. Abimana tidak memperdulikan yang lain karena yang dia lihat tadi sungguh bisa membahayakan Bianca.
"Kamu baik-baik saja? Pakai jaket ini" ucap Abimana memakaikan jaketnya yang begitu kebesaran saat dipakai Bianca.
"Hemm, terimakasih Pak Abi" ucap Bianca yang masih betah berada dipelukan Abimana, jantungnya bahkan berdetak dengan begitu cepat.
"Sepertinya pengantin baru, tapi serasi ya ini yang perempuan cantik dan imut terus yang lakinya tampan tinggi begitu" ucap seorang wanita paruh baya yang melihat Abimana dan Bianca berpelukan.
"Nanti dilanjut dirumah saja Mbak, Mas kasihan loh kalau ada yang jomblo lihat" ucap Pria paruh baya yang kini tersenyum.

Abimana mendorong Bianca agar menjauh darinya, sungguh dirinya sangat malu seumur-umur baru kali ini dia memeluk seorang wanita yang bukan mahramnya. Tidak ada yang terucap Bianca kemudian mengambil tas jinjingnya lalu berjalan lebih dulu, diikuti oleh Abimana yang hanya menggunakan ransel.
"Kak Bian, disini! Kak Bima disini!" Teriak seorang wanita yang mirip dengan Bianca namun wanita itu menggunakan hijab ditemani seorang pria yang Bianca tidak tahu siapa itu.
"Suami kamu?" Tanya Bianca yang penasaran.
"Iya kak, kenalkan namanya Abyaz, suami aku" ucap Berliana.
"Hai Abyaz, saya Bianca, kakaknya Lian, btw Lian ini pria yang dijodohkan dengan kamu" tanya Bianca penasaran, Bianca menarik tangannya lagi karena Abyaz menolak bersalaman dengannya.
"Bukan, Lian udah cerai dengannya Kak, tahu nggak pria itu terlalu baik buat Lian dan Lian nggak bisa nyakitin dia" ucap Berliana dengan sabar menjelaskan semuanya.
"Tapi kok kamu kenal dengan dia, eh mana akrab lagi dengan suami kamu, tahu nggak dia dosen aku" ucap Bianca yang membuat Berliana tidak percaya.
"Bagaimana bisa? Mungkin saja memang dia jodoh kakak, tahu nggak Kak Bima itu mantan suami aku, pria yang dijodohkan Ayah ya itu pria yang kini sedang berbincang dengan Mas Abyaz" ucap Berliana.
"Lian kamu ngarang kan?" Tanya Bianca namun wanita itu seolah kehilangan tenaga begitu adiknya ini menggelengkan kepalanya.

ᴍᴇɴɢᴇᴊᴀʀ ᴄɪɴᴛᴀ, ᴘᴀᴋ ᴅᴏsᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang