Kehilangan ᶜᴴᴬᴾᵀᴱᴿ 09

1K 22 3
                                    

Bianca menghela nafas lega, jika mengingat apa yang terjadi semalam tentu saja membuat wajah Bianca merona, bukan hanya itu untuk bertemu Abimana saja dirinya juga malu. Mau ditaruh dimana wajahnya yang cantik ini. Yah semalam Abimana menjelaskan pada Bianca apa yang harus dilakukannya dan keduanya mengambil jalan tengah.

"Arghhh gimana nanti kalau ketemu Pak Abi? Aku kan malu" ucap Bianca yang kemudian berlari ke ranjangnya begitu dia mendengar langkah kaki.

Abimana membuka pintu kamar Bian, dengan membawa nampan yang berisi sarapan untuk Bian. Bianca menundukkan kepalanya malu, namun ucapan Abimana membuat Bianca mendongak untuk melihatnya.

"Ini saya, bukan Ayah ataupun Bunda, ayo makan kamu pasti laparkan tapi ya baguslah kamu berada disini kalau ikut kebawah udah pasti di recokin seluruh rumah" ucap Abimana.

"Terimakasih, Pak Abi tadi di recokin ya hehee tadi juga bunda dan Mama kesini ah benar apa kata Pak Abi, Mama juga sempat meriksa aku dikiranya tanda ini sengaja dibuat pakai blush on " ucap Bianca, tadinya sempat menolak rencana Abimana tapi setelah dia pikir-pikir ya sudahlah terima aja toh dirinya juga halal untuk suaminya.

"Maaf ya untuk yang semalam, sakit?" ucap balas Abimana.

"Ya nggak Pak cuman pegel aja, padahal kan nggak ngapa-ngapain oppsss" ucap Bianca dengan wajah yang sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Memangnya mau ngapain? Sudah siap?" Ucap Abimana.

"Tidak" balas Bianca dengan cepat.

"Makan dulu, saya mau lihat email dulu" balas Abimana yang kemudian mengambil macbooknya dan menuju kursi dengan meja yang tidak terlalu besar.

Bianca menarik nafas sedalam-dalamnya lalu menghembuskannya secara perlahan. Berada didekat dosen sekaligus suaminya sungguh membuat jantung Bianca berdisco ria. Sambil menikmati sarapannya, Ingatan semalam membuat Bianca tersenyum malu.

"Ahh apa sih yang aku pikirkan, tapi ya Masya Allah, kok ya seksi banget, Pak Abi boleh tanya nggak?" Tanya Bianca yang penasaran dengan suaminya yang setelah membuat beberapa tanda di leher dan dadanya itu segera pergi ke kamar mandi.

"Hemm?" Balas Abimana.

"Semalam Pak Abi ngapain kok lama banget di kamar mandi?" Tanya Bianca dengan penasaran.

"Jangan tanya yang aneh-aneh, fokus sarapan, jangan mikir kemana-mana," balas Abimana sambil menghela nafas, jika saja dirinya tidak pergi dari ruangan dan masih disuguhi tubuh seksi istrinya yang bisa dia lihat semalam hanya dengan mengenakan gaunn kurang bahan itu sudah jelas dirinya akan memakan istrinya sampai pagi.

Tiga hari Abimana dan Bianca menginap di rumah orangtua Bianca, Ayah Reino menolak untuk kembali ke Rumah Sakit. Malam ini semuanya masih berkumpul di ruang tengah padahal waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ayah Reino menyuruh Abimana untuk membawa istrinya ke kamar.

"Kalian masuk kekamar saja, udah pukul 9 loh" ucap Ayah Reino.

"Iya bawa kekamar istrimu Bim, udah ngantuk itu kayaknya" ucap Bunda Ratna.

"Hehe memang udah ngantuk kok Bun" ucap Bianca dengan nyengir kuda.

"Kami pergi ke kamar dulu ya Yah, Bun selamat malam" ucap Abimana dengan sopan.

"Ah iya selamat malam, jangan lupa ya segera buatkan cucu untuk kami" ucap Ayah Reino.

"Haha iya Yah nanti kami usahakan ya" ucap Abimana.

"Itu kode dari suamimu Bian, berikan yang terbaik" ucap Bunda Ratna yang membuat wajah Bianca kembali memerah.

"Masih belajar ya Bun hehe, good night Bunda, Ayah" balas Bianca yang tersenyum.

ᴍᴇɴɢᴇᴊᴀʀ ᴄɪɴᴛᴀ, ᴘᴀᴋ ᴅᴏsᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang