Bianca meneguk ludahnya dengan serat saat dirinya tidak menemukan Makalahnya, dia benar-benar sudah mengerjakannya dua malam ini. Tadi jelas-jelas dia bawa Makalahnya itu tapi kenapa bisa tidak ada. Abimana kemudian menghampiri Bianca dan tentu saja memastikannya.
"Dimana tugas kamu?" Tanya Abimana dengan raut datarnya.
"Tadi sudah saya bawa Pak, beneran saya nggak bohong pak, Kiara dan Winda jadi saksinya" balas Bianca.
"Nggak usah bawa teman teman kamu, sebaiknya kamu keluar dari kelas saya dan berdiri di luar sana selama jam kuliah saya" ucap Abimana dengan tegas.
"Tapi Pak?" Ucap Bianca keberatan.
"Berdiri diluar selama dua jam atau jangan pernah mengikuti kelas saya lagi selamanya" ucap Abimana yang kemudian meninggalkan tempat Bianca, Abimana tentu saja langsung kembali kerumahnya.
"Udah galak tapi juga kejam" ucap Bianca dengan lirih, dengan berat hati Bianca keluar dari kelas.Semua mahasiswa dan mahasiswi yang melihat kejadian itu terntu saja tercengang, dosen yang satu ini memang tidak pandang bulu ya perempuan secantik Bianca saja tidak bisa lolos dari hukuman padahal mungkin kalau dengan dosen yang lain Bianca sudah pasti dimaafkan.
"Eh kok bisa ya?" Tanya Winda.
"Aku juga nggak tahu, tadi tugasnya sudah dibawa Bianca juga tapi kok nggak ada ya" ucap Kiara.
"Kalian cari apa hemmm? Rasain loh ya gue kerjain makanya jangan suka cari perhatian Pak Abimana ya, karena Pak Abimana itu calon suami masa depan gue!!!" Bisik Celina Pradipta yang darimana dirinya tidak suka melihat Bianca mendapatkan perhatian dari seluruh dosen apalagi kakak tingkat mereka.
"Sialan lo Cel! Sukanya main curang ya dan lagi Bian itu nggak cari perhatian ya, kamu tuh yang suka caper sama Pak Dosen Ganteng, ckkk udah kegatelan gitu ckkk kayak kagak pernah dibelai gitu eh emang nggak pernah kan ya" ucap Winda dengan kesal.
"Udah Win, abaikan saja jika sampai Pak Abimana dengar bisa-bisa kita nanti disuruh keluar lagi" ucap Kiara mengingatkan temannya.Winda menghela nafas, setelahnya dia tidak menanggapi ucapan Celina. Akhirnya Abimana sudah menyelesaikan kelasnya di Fakultas ini dan sudah saatnya dirinya harus kembali ke Fakultas Teknik, saat dia keluar dari ruang kelas dirinya menghampiri Bianca yang kini terlihat tidak baik-baik saja.
"Hukuman selesai, ingat ya Makalah itu harus ada di meja saya hari Rabu" ucap Abimana.
"Masih harus mengumpulkan ya Pak?" Tanya Bianca.
"Ya iyalah" balas Abimana yang kemudian meninggalkan halaman kelas lalu.Kiara dan Winda menghampiri Bianca sambil mengulurkan air mineral dingin pada temannya itu.
"Makalah kamu di ambil Celina" ucap Winda.
"Ohhh si biang keroknya dia!" Ucap Bianca.
"Eh mau kemana?" Tanya Kiara.
"Memberi pelajaran padanyalah" ucap Bianca yang kini menghampiri Celina, tanpa aba-aba Bianca menampar Celina karena menurutnya dia sudah keterlaluan.Celina tidak terima dan menyuruh gengnya untuk menghajar Bianca namun tentu saja mereka tidak berani, karennya Celina membuang makalah itu dan meninggalkan halaman kelas.
"Kamu yakkk, awas ya gue nggak akan tinggal diam, lo akan ngerasain yang lebih dari ini " ucap Celina sambil mengepalkan tangannya.***
Winda, Kiara serta Bianca tidak lama Megantara juga berada disana untuk bergabung untuk menikmati makan siangnya. Ya ini sudah waktunya makan siang, apalagi tadi mereka telah menyelesaikan mata kuliah yang lain.
"Pelan-pelan makannya Bi," ucap Megantara yang begitu perhatian pada Bianca.
"Lapar banget" balas Bianca.
"Lo kayak nggak makan setahun aja" ucap Winda.
"Habis ini gue mau kasih makalah ini pada Pak Abi" ucap Bianca.
"Gue temenin ya" ucap Megan.
"Nggak perlu, gue bisa sendiri kok, ah iya kalian pikirkan konsepnya aja untuk kafe yang berada di seberang, nanti gue yang akan pikirin bikin menunya" ucap Bianca.
"Oke siap, diantara kita yang paling banyak pengalaman soal kafe kan kamu Bi" ucap Kiara.
"Ya belum seberapa sih, baksonya tolong dibayarin ya teman-teman, gue ke Fakultas Teknik dulu" balas Bianca yang kemudian tersenyum senang lalu pergi begitu saja.
"Kasihan ya lihat Bianca begini" ucap Winda.
"Iya tapi mau bagaimana lagi ini pilihannya" ucap Kiara.
"Kalau saja gue udah lulus dan punya pekerjaaan yang mapan, udah aku lamar dia" ucap Megan dengan serius.
"Lamar aja kalau begitu" ucap Kiara.
"Gue belum lulus Ra, bisa-bisa nanti gue diusir dari rumah" balas Megan yang tentu saja dia tidak seberani itu untuk keluar dari rumah orangtuanya.
Ketiganya mengobrol membahas konsep kafe yang akan mereka buka dalam waktu dekat ini, karena Kiara kasihan melihat bagaimana perjuangan Bianca setahun ini untuk menghidupi dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴍᴇɴɢᴇᴊᴀʀ ᴄɪɴᴛᴀ, ᴘᴀᴋ ᴅᴏsᴇɴ
RomantizmDuda Series #3 ʙɪᴀɴᴄᴀ ᴀᴢᴀʜʀᴀ ᴍᴀʟɪᴋ Mahasiswi semester 7 di Universitas Negeri yang berada di Jogjakarta harus berjuang untuk bisa lulus tepat waktu, namun dirinya sama sekali tidak menyangka jika dipertemukan kembali dengan pria yang bahkan tidak pe...