Bagian 1: Si Lelaki Es Jeruk

413 49 6
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤBandung. Siang dengan panas terik di mana memang paling enak santap seblak sambil minum es.

ㅤㅤㅤㅤ
____________________
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤCataka berdecak. Kesal sekali karena Neandro bukannya buru-buru menyetop angkutan kota lagi agar mereka bisa segera pulang siang itu dan malah mengajaknya untuk menyebrang untuk membeli semangkuk seblak dan es jeruk. Enak, sih, makan seblak siang-siang begini, tapi Cataka tetap saja kesal. Pasalnya, tugas hari ini cukup banyak untuk diabaikan oleh Cataka yang kerjanya harus serba cepat. Berbanding terbalik dengan Neandro yang terlihat cukup santai dan leha-leha.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Tumben lagian kamu pulang naik angkot." Cataka merasa agak ngeri ketika melihat Neandro berujar sambil mengunyah mie glosor yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. Kuah seblaknya tampak merah, tapi Neandro tetap memakannya dengan lahap. "Supir ke mana?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Lagi sakit. Terus Mama nggak bisa jemput. Ada arisan. Biasalah, ibu-ibu."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Bunda aku nggak pernah ikut arisan, tuh?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Berarti bunda kamu luar biasa," timpal Cataka. Neandro hanya mengendikkan bahu dan lanjut makan, membiarkan Cataka bermain dengan ponselnya. "Kamu tumben minum es. Jeruk pula. Biasanya nggak mau."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤPerkataan Cataka membuat Neandro langsung melirik ke samping mangkuk seblaknya. Di sana sudah ada es jeruk dalam cup. Bagian luar cup plastiknya sudah basah dengan embun dari es yang sudah mencair, sedangkan isinya masih banyak karena Neandro hanya meminumnya sedikit-sedikit.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSebenarnya melihat Neandro meminum minuman dingin itu bukanlah hal yang biasa. Pertama, Neandro lebih suka minum kopi panas dan yang kedua adalah karena dia gampang terkena flu-batuk jika minum es.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNamun, entah mengapa hari itu dia ingin saja memesan es jeruk. Bukan. Bukan karena siswa yang tadi dia perhatikan di depan gerbang sekolah. Hanya ... ingin.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤLagipula seblak dan kopi bukan perpaduan yang cocok. Asam dari kopi dan pedasnya seblak jika diadu di dalam perut bisa membuat cairan asam lambungnya naik sampai tingkat maksimal. Neandro hanya tidak ingin merasakan itu lagi, karena dia pernah bandel minum kopi empat gelas dalam sehari tanpa makan yang benar. Alhasil, dia mual dan harus mengonsumsi pil hijau―si obat maag―yang rasanya absurd itu.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Pengen aja," ucap Neandro. "Sekali-sekali doang nggak bakal bikin sakit, kan?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤCataka menatap Neandro datar sambil telapak tangannya kini berada tepat di depan wajah lelaki itu. "Ngomong, nih, sama tangan. Terakhir kali sok-sokan beli boba pileknya sampe tiga hari."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤMendengar perkataan Cataka bukannya membuat Neandro ingin mengindahkan, malahan sekarang dia meraih es jeruk, membuka tutup cup-nya, mengambil salah satu bongkahan es yang cukup besar lalu memasukkannya ke mulut. Neandro dengan sengaja mengunyah es itu keras-keras di depan Cataka lalu menjulurkan lidah seolah kini tengah mengejek temannya itu hingga kesal.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Kalau sakit, jangan nitip surat izin ke aku," ujar Cataka mewanti-wanti.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Ih, doanya jelek," kata Neandro yang buat bola mata Cataka berputar malas.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤKetika Neandro kembali hikmat dalam kegiatannya memakan seblak, Cataka sudah terlihat memijat kening. Tidak perlu bertanya apa yang terjadi karena Cataka sudah mengarahkan layar ponsel kepadanya yang menunjukkan sebuah snapgram di mana isinya adalah dua orang yang sedang ribut-ribut. Yang satunya mengenakan pakaian basket sedangkan yang satu lagi masih mengenakan seragam sekolah.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Anak basket sama futsal ribut lagi soal lapangan. Padahal hari ini jadwalnya futsal." Cataka berujar dengan nada penuh keluhan. Merasa pusing melihat dua ekskul yang tidak pernah akur itu. "Kenapa sih sekolah kita aneh? Masa' bangun lapangan sebelahnya tiang basket sebelahnya gawang. Bikin dua lapangan aja gitu biar nggak rebutan."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤDi balik kepusingan yang sedang dirasakan oleh Cataka, Neandro malah fokus melihat snapgram itu berulang-ulang. Matanya tertuju pada orang yang berseragam sekolah itu. Wajahnya persis seperti laki-laki es jeruk yang tadi dia lihat di depan gerbang sekolah. Yang berhasil menarik perhatiannya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTangan Cataka dia colek pelan sebelum dia bertanya, "Itu yang seragaman siapa namanya?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Si Kara. Anak XI IPS-3," jawab Cataka singkat.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Kara? Santan?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Ih, bukan, bodoh! Kara. Sangkara Gilbran Aditya. Namanya ribet jadi dipanggil Kara, kalau nggak Gilbran." Cataka berujar lagi, kali ini belih jelas supaya Neandro dan otak anehnya tidak bertanya macam-macam. "Kurang kenal. Cuma tahu karena namanya ada di list anak futsal. Banyak yang bilang anaknya serem. Tukang bolos juga."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤBagai mainan yang ada di dashboard mobil, kepala Neandro hanya mengangguk-angguk. Mengundang rasa penasaran Cataka yang kini sudah mengerutkan dahi. Jarang-jarang melihat Neandro yang menanyakan sesuatu, terlebih tentang orang lain seperti ini.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤMerasa ditatapi oleh Cataka, Neandro yang baru saja menghabiskan seblaknya itu balik menatap kemudian bertanya, "Kenapa?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Tumben."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNeandro mengedip pelan. "Oh. Hm. Gara-gara dia, aku jadi kepengen es jeruk."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Hah?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤBohong. Neandro baru saja berbohong pada satu-satunya teman yang biasanya menjadi tempat di mana dia menaruh rasa percaya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTapi mana mungkin Neandro berkata secara gamblang kalau sekarang ini dia tengah tertarik pada orang itu. Terlebih saat orang itu adalah laki-laki, sama sepertinya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤMana mungkin, kan?
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ

___________________

Kala Sang Surya Tenggelam | JubbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang