ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤKalau dipikir, mengapa mereka tetap bertahan dan menahan diri sampai seperti ini?
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤBerhari-hari tanpa kehadiran satu sama lain. Berminggu-minggu berlalu tanpa bertemu seperti yang biasa mereka lakukan. Kegiatan luar rumah Sangkara dibatasi demi mencapai nilai yang ditargetkan oleh orang tuanya, sedang Neandro menolak untuk keluar rumah dengan alasan harus belajar lebih demi kelancaran ujiannya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤKenaifan remaja yang membawa pikiran kalau akan ada pelangi indah setelah semua badai tertempuh membawa Neandro dan Sangkara berada di titik ini.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSampai Ujian Nasional yang ditakuti kebanyakan siswa-siswi berada di depan mata. Sangkara sempat tawarkan jasa antar-jemput untuk Neandro agar mereka punya waktu berdua sebelum ujian bermula, tapi ditolak oleh Neandro begitu saja.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤBukan apa-apa, Neandro hanya tak ingin buat lebih banyak beban untuk Sangkara karena waktu paling lambat datang ke sekolah adalah pukul setengah tujuh pagi, sedangkan jarak rumah Neandro dan Sangkara tidaklah dekat. Neandro juga memilih untuk berangkat lebih awal untuk bisa tidur sejenak sebelum ujian karena akhir-akhir ini dia tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤKelas mereka dibagi dalam jarak yang cukup jauh dijangkau, tapi Neandro cukup takjub karena Sangkara sempatkan waktu untuk datang. Sekadar hampiri mejanya untuk meletakkan sekotak susu coklat dengan sticky note bertulis kata semangat. Neandro temukan itu waktu dia dibangunkan dari tidurnya oleh Cataka sebelum memulai ujian.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤYang Neandro tidak tahu, Sangkara sengaja menunggu di depan kelas hanya untuk melihat senyum Neandro yang terbit kecil menghiasi wajah manisnya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤUjian Nasional diadakan tiga hari dengan dua mata pelajaran diujikan setiap harinya. Di hari kedua, Neandro menunggu Sangkara untuk datang. Entah dia yang terlalu pagi atau memang siswa lain sengaja datang mepet waktu, hanya ada dirinya yang berada di dalam kelas pagi itu. Hingga akhrinya suara langkah terdengar dan Neandro buru-buru memposisikan kepalanya di atas buku pelajaran yang tadi dia baca.ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤBerpura-pura tidur. Mengharapkan kalau itu adalah Sangkara yang datang untuk memberikannya semangat. Benar saja, langkah itu mendekat ke arahnya. Neandro juga bisa mendengar suara sesuatu diletakkan di atas meja, kemudian merasakan usapan lembut di kepalanya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Maaf, hari ini datangnya telat sedikit. Ban motor aku bocor jadi balik lagi ke rumah, terus naik angkot ke sini," ujar Sangkara, tidak peduli Neandro mendengarnya atau tidak. "Kamu kuat, ya? Aku juga harus kuat. Masih banyak ujian, tapi kita pasti bisa ngelewatinnya berdua."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSetelah kalimat itu, Neandro merasakan Sangkara mengecup lembut kepalanya. Membuat Neandro ingin sekali mengangkat kepala untuk menatap kekasihnya itu, namun dia tidak bisa melakukannya. Alhasil, Neandro tetap berada di posisi yang sama sembari menahan degup jantung tak karuan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Ngapain kamu?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSebuah suara membuat Neandro terkejut dan semakin tidak bisa mendongakkan kepala saat itu. Dia kenal sekali kalau itu adalah suara Cataka dan Neandro hanya bisa erharap kalau Cataka tidak melihat apa yang Sangkara lakukan padanya tadi.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Mau bangunin Neandro. Mau minjem catatannya tadi."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤUntung, Sangkara pintar bersilat lidah. Dan lagi memang buku catatan memang letaknya berada di atas meja, ditimpa tangan Neandro. Cataka bergumam pelan lalu duduk di kursinya dan Sangkara bangkit meninggalkan kelas mereka.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTak lama, Neandro mulai mengangkat kepala. Akting berpura-pura bangun tidur sambil menguap dan mengusap wajahnya, lalu memasukkan buku-buku di atas meja ke dalam tasnya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Neandro," panggil Cataka. Neandro langsung menolehkan kepala ke arah Cataka dengan dahi berkerut. Tatapannya penuh tanya. "Jauh-jauh dari Sangkara," ujar Cataka singkat.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Kenapa tiba-tiba?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤCataka diam sejenak, kemudian membuang pandangannya ke arah lain tanpa berkata apapun lagi, namun Neandro tahu betul kalau Cataka melihat apa yang Sangkara lakukan padanya tadi. "Nanti kamu jadi—"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Neandro? Ada Neandro?" Omongan Cataka terhenti ketika mendengar suara dari seseorang memanggil nama Neandro. Neandro langsung mengangkat tangan agar orang tersebut melihat keberadaannya. "Dipanggil ke ruang BK."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNeandro langsung berdiri dan berjalan keluar kelas, meninggalkan Cataka yang mungkin tengah memandangi setiap langkahnya. Neandro bisa merasakan itu, tapi sekarang Neandro tidak lagi peduli tentang apa yang akan Cataka pikirkan tentangnya. Dipikirannya saat itu adalah mengapa tiba-tiba dia dipanggil ke ruangan BK. Apakah dia melakukan sebuah kesalahan?
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSetibanya di ruang BK, Neandro langsung dihampiri oleh seorang guru BK perempuan. Jujur, dirinya kebingungan ketika merasakan sentuhan di kedua bahunya, lalu guru itu berkata, "Tadi ada tetangga kamu telepon. Katanya bunda kamu masuk rumah sakit."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤDunianya serasa berputar saat itu. Kedua kakinya terasa seperti tidak bertulang dan hampir saja Neandro terjatuh kalau saja tubuhnya tidak ditahan oleh guru BK tersebut.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤBunda memang sudah enam bulan ke belakang ini sakit-sakitan dan beberapa waktu ini juga semakin parah sakitnya. Berulang kali Neandro mengatakan untuk segera ke dokter, tapi Bunda berkata kalau dirinya tidak apa-apa. Kata tidak apa-apa yang berhasil membuat Neandro kehilangan waktu tidur untuk menjaga bundanya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤAir mata yang tidak biasa turun kini mengalir deras membasahi wajahnya, namun dia sama sekali tidak bisa terisak meski dadanya terasa sesak.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Barang kamu beresin dulu, nanti ada yang anter ke rumah sakit. Izin buat Ujian Nasional Susulan juga sudah diajukan, jadi kamu bisa pulang sekarang."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤKepala Neandro terangguk lemah, kemudian dengan sekuat tenaga dia mencoba untuk berjalan kembali ke kelas untuk mengambil tasnya. Di tengah perjalanan, Neandro merasakan tangannya ditarik pelan dan saat mendongakkan kepala, sosok Sangkara sudah berada di hadapan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤBisa Neandro lihat tatapan penuh tanya Sangkara. Tanpa perlu menunggu tanya, Neandro langsung berkata, "Bunda sakit. Aku harus ke rumah sakit sekarang. Bunda nggak ada yang jaga."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Bunda sakit? Kenapa kamu nggak bilang?" Ada nada menuntut dalam perkataan Sangkara lalu dia melanjutkan, "Aku ikut."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNeandro langsung menggeleng kepala seraya melepaskan genggaman tangan Sangkara di pergelangan tangannya. "Nanti aja. Aku kabarin di rumah sakit mana. Kamu beresin ujian hari ini dulu. Semangat, Sangkara," ujar Neandro sembari mengepalkan kedua tangannya. Seolah memberi semangat, juga memaksakan senyum agar Sangkara tidak perlu khawatir berlebih pada keadaannya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤBuru-buru Neandro melangkah melewati Sangkara agar lelaki itu tidak mengejarnya. Tahu betul kalau Sangkara tidak akan rela membiarkannya menangis terpuruk sendirian. Hanya saja saat ini ada hal penting yang harus diutamakan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤDan itu bukanlah Neandro. Bukan dirinya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ____________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Sang Surya Tenggelam | Jubbang
FanfictionSebuah penggalan dari lembaran kisah dua anak manusia yang mungkin tak akan pernah bersatu. JuBbang lokal AU. BxB. Disclaimer: Penulis pernah mempublikasi cerita yang sama dengan pairing SeungZz melalui oneshot di twitter @etlenoire